23. [FALL OUT]

1.1K 152 86
                                    

Kepingan logika yang mulai utuh menajamkan fokus seorang Jeon Yeon Ah. Meski dengan tubuh yang masih gemetar dan tersengal karena luapan euphoria yang mengusai beberapa menit lalu. Jeon Yeon Ah sepenuhnya sadar akan tindakan menampar suaminya, satu detik tepat ketika pintu kamar hotel ditutup.

Memperhatikan bagaimana wajah merah yang ditampakan Seokjin yang masih memalingkan wajah akibat tamparannya. Pun Yeon Ah meyakini bahwa itu amat menyakitkan, terbukti dari bekas merah yang ketara di pipi kiri pria di hadapan serta rasa panas yg menjalar memenuhi seluruh telapak tangannya.

"Kau gila! Apa kau sadar apa yang baru saja kau lakukan terhadapku tadi?!" Dengan penekanan dan intonasi tinggi Yeon Ah membuka suara.

Netra yang masih mengalirkan air mata tersebut masih mengamati penuh waspada pada pria yang akhirnya kembali dari rasa terkejut akan tamparannya barusan. "Aku hanya berusaha mengusir para paparazzi itu, sekaligus menggiring penyangkalan pada rumor kita"

"Kau hanya memberikan pertunjukan mesum dengan melecehkanku di depan banyak orang!"

"Tidak kah kau sedikit berlebihan Yeon? Aku hanya berusaha menyelamatkan nama baik kita."

"Munafik," cela Yeon Ah bersamaan dengan satu decihan meremehkan ia mengacungkan satu jari telunjuknya tepat di paras rupawan Seokjin, "Berhenti mengatas namakan kita! Kau hanya menyelamatkan nama baik serta kehormatanmu sendiri. Dari dulu pun seperti itu, jadi berhentilah mengatas namakan kita jika kau tak semampu yang kau pikir Kim Seokjin!"

"Ku pikir kau seorang yang mampu mengertiku, nyatanya tidak. Kau sama saja dengan yang lain."

Menarik satu kurva miring, irisnya menatap wanita yang masih berdiri di hadapannya dengan tatapan yang mencela. Memindai penampilan acak Yeon Ah yang kacau dengan wajah merah dan air mata yang masih mengalir, anak rambut yang terlihat berantakan, pun bekas lipstik yang sudah keluar dari tempatnya. Menerbitkan satu decak dengan merotasikan mata. Masih dengan pandangan hina ia kembali menurunkan fokus pada gaun selutut yang sama kacaunya dengan penuh bekas kusut.

Mengangkat satu ibu jarinya untuk menghapus sisa perona bibir yang ia ingat juga sedikit tertinggal di birainya. Kim Seokjin menyunggingkan senyum sarkasnya lalu melontarkan kalimat yang tak kalah sarkas, "Kau pun seorang yang munafik. Kau menikmati apa yang aku lakukan terhadapmu di mobil tadi. Apa kau lupa bagaimana hebatnya pelepasanmu ketika jari-jariku memainkanmu?" sindir Seokjin dengan mengangkat tiga jarinya.

Yeon Ah mencelos, ucapan dari Seokjin barusan tepat menyentil sisi menyedihkannya. Menghardik diri sendiri ketika tubuhnya memang benar-benar mendamba sentuhan, meski sempat layu seiring ketakutan masa lalu yang menghantui. Jeon Yeon Ah tak menampik bahwa Kim Seokjin mampu membangkitkan gairahnya hanya dengan invasi tiga buah jarinya di titik kepekaannya. Dan sentuhan lain yang di berikan bersamaan koyakan tiga jari pria tersebut hanya membuatnya picik akal dengan dayu-dayu suara surga yang semu.

Merasa begitu hina dengan bayangan beberapa menit silam, dimana ia hanya bisa diam ketika Kim Seokjin melecehkanya. Membiarkan pria itu mencumbu dan menghantarkan nafas panas yang membuatnya terbang sesaat. Jeon Yeon Ah benar-benar terpuruk ketika kembali kalah pada bisik duniawi. Ia benar-benar malu.

"Aku tahu sejalang apa aku di matamu, tapi aku bukan pelacur yang bisa kau permainkam sesukamu!"

"Kau istriku dan aku hanya memberikan apa yang harus ku berikan."

"Apa kau lupa apa yang telah kita setujui? Di dalam kontrak tertulis jelas tidak ada kontak fisik di antara kita."

"Apa kau melihat keadaanya tadi? Aku memikirkan kita! Apa kau tidak jengah dengan pertanyaan kedua orang tua kita tadi? Aku hanya ingin kita bercerai dengan tenang dan rumor sialan itu hanya memperlambat proses!"

IN A BINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang