Seokjin kembali meremas surai legamnya syarat akan frustasi, mencoba menarik napas dalam ketika pintu kamar mulai terbuka. Menampilkan temaram yang menyerobok gelapnya kamar. Bersamaan dengan aroma vanilla yang amat familiar, pandangan pria itu jatuh pada sosok Yeon Ah yang kini menyalakan lampu kamar.
"Apa dia sudah tidur?" Dengan mata sayu Seokjin mengutarakan tanya. Perasaannya semakin bercampur aduk menyadari Yeon Ah hanya menyahuti dengan sebuah angguk ringan. "Dia masih menanyakan hal tadi?"
Yeon Ah yang hampir menenggelamkan diri dengan selimut kini menatap nyalang pada Seokjin yang masih duduk menunduk di pinggiran kasur. "Kau pikir seorang anak tidak memiliki banyak pertanyaan ketika melihat ayahnya berciuman dengan wanita yang ia tahu bukan ibunya?"
"Aku tidak tahu kalau kalian di sana, ok!"
"Lalu maksudmu ini salahku?" Yeon Ah langsung bangkit dari posisi tidurnya. Menyikap selimut merasa kesal dengan pernyataan Seokjin yang dilontarkan barusan. Serius, Yeon Ah pikir suaminya satu ini tidak sampai pendek akal untuk melontarkan satu kalimat. Ternyata Kim Seokjin cukup picik untuk berpikir jernih dalam situasi ini.
"Kau bisa kan memberitahuku kalian sedang ada di mana."
"Kenapa aku harus melaporkan semuanya ketika kau saja tidak pernah memberi kabar?"
"Aku selalu memberitahumu jika aku tidak pulang."
"Kim, kau ... Ya Tuhan! Yang benar saja!" Wanita satu ini benar-benar kehilangan kata. Selalu memberitahu katanya, bahkan pria bermarga Kim itu sudah tidak pernah mengabarinya sejak enam bulan lalu. Tidak usah diberi tahu pun Yeon Ah sudah tahu di mana suaminya berada jika tidak ada di rumah ataupun kantor. Itulah kenapa ia tidak pernah pusing bila mana hampir setiap hari di habiskan tanpa eksistensi sang suami. "Terserah, aku tidak mau ikut campur. Kau jelaskan sendiri pada Yoosun jika ia bertanya nanti."
"Kau tidak menjelaskannya tadi?" Seokjin menarik selimut yang di gunakan Yeon Ah untuk menutupi kepalanya. Mau tidak mau wanita yang baru berbaring tersebut bangkit kembali.
"Memang kau pikir apa yang bisa ku katakan? Selain apa yang anakku lihat itu tidak seperti yang ia pikir." Dengan wajah merah Yeon Ah menaikan oktafnya, menatap kesal sosok si suami yang juga menatapnya dengan cara yang sama. "Semua orang tahu bahwa ciuman adalah bentuk romantisme dan kasih sayang, dan Yoosun sudah tahu hal tersebut. Meski aku menyangkalnya berkali-kali, bocah yang belum genap empat tahun itu yakin dengan apa yang dilihat."
Seokjin langsung meremas surainya sesaat setelah mendengar penuturan Yeon Ah yang sialnya sama sekali tidak membantu. Tidak tahu dan tidak siap jikalau putra semata wayangnya tersebut bertanya mengenai kejadian ciumannya seperti tadi. Seokjin benar-benar tergagap di hadapan bocah yang bahkan belum genap empat tahun tersebut.
"Ini ulahmu sendiri dan kau harus bertanggung jawab pada apa yang sudah kau lakukan. Aku sudah membantumu semampuku. Tapi yang benar saja? Aku benar-benar tak habis pikir dengan apa yang kau lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN A BIND
FanfictionJika saja Seokjin di beri kesempatan sekali lagi, maka ia tidak akan pernah sudi datang ke acara reuni sialan itu. Tidak akan ada malam panas antara ia dan mantan kekasihnya, tidak akan ada pernikahan atau bahkan seorang anak di antara mereka. Satu...