"Ya ampun, Nancy. Kamu kemana aja? Om Bayu sudah nungguin kamu dari tadi."
Mami Irma menyambutku di pintu apartemen yang dialihfungsikan menjadi tempat bordil terselubung.
Ya, di tempat ini namaku adalah Nancy. Nancy yang menjadi favorit para pria hidung belang untuk menghabiskan malam.
"Badan kamu kenapa basah seperti ini? Pasti kamu hujan-hujanan di pantai lagi ya?" Dia menebak dengan tepat, karena dia tahu aku suka menikmati hujan di tepi pantai.
Aku hanya diam tak menanggapi setiap ucapannya, toh dia juga sudah menyambung lagi.
"Ya sudah, cepat keringkan badanmu." Mami Irma membimbingku masuk kamar untuk berganti pakaian.
"Kamu cepat siap-siap ya, dandan yang cantik. Pakai baju yang seksi, biar Om Bayu senang melihatmu." Mami Irma berpesan sebelum menutup pintu, meninggalkanku di kamar sendirian.
Selepas ia pergi, aku memilih untuk mandi.
Aku baru saja selesai mandi ketika pintu kamarku kembali di ketuk. Aku segera memakai kimono dan beranjak membuka pintu. Begitu pintu terbuka, sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.
Plak! Aku terkejut.
"Kamu apa-apaan sih?" tanyaku marah pada Alice yang berdiri di depan pintu
"Hei, Nancy! Jangan berulah ya kamu di sini! Mentang-mentang jadi anak kesayangannya Mami kamu ngambil pelangganku seenaknya." Alice berkata dengan intonasi yang tinggi.
"Emang kenapa? Kamu iri karena Om Bayu lebih milih aku daripada kamu?" sindirku.
"Hanya karena Om Bayu lebih sering booking kamu, bukan berarti kamu paling cantik di sini. Jangan sok kecakepan jadi orang! Aku lebih lama di sini daripada kamu, gak usah berusaha nyaingin aku. Karena itu percuma."
"Oh yeah? Try me dear..." aku berkata sinis.
"Sialan!" tiba-tiba ia menjambak rambutku dengan kedua tangannya.
"Awh!" aku berteriak kesakitan, Alice menjambak rambutku dengan sangat keras.
Aku berusaha melawan, aku balik menjambak rambutnya. Dia mengeraskan jambakannya, demikian pula aku.
Kami sama-sama berteriak keras, Alice melepaskan salah satu tangannya dari rambutku dan menamparku. Kubalas dengan memukul wajahnya.
Alice mendorongku hingga jatuh ke lantai, lalu ia duduk di atas tubuhku kemudian menamparku berkali-kali tanpa ampun.
"Hei, berhenti kalian!" teriakan Mami Irma menghentikan ulah Alice yang sedang beringas memukulku.
Ia bangkit berdiri, aku di bantu berdiri oleh Julie yang datang bersama Mami dan teman-teman lain yang mendengar teriakan kami.
"Jelaskan pada Mami, ada apa ini sebenarnya?" tanya Mami dengan wajah garang.
"Dia yang mulai duluan, Mi." Alice menuduh sambil menunjuk ke arahku.
"Enggak, Mi. Alice duluan yang mulai, dia iri karena Om Bayu lebih milih aku daripada dia." Aku membela diri.
Mami beralih pada Alice, kemudian memegang wajah Alice dengan satu tangan keras-keras.
"Kamu denger ya. Mami yang menentukan siapa kencan dengan siapa. Gak usah banyak protes, ngerti!" mata Mami Irma melotot tajam pada Alice yang hanya mengangguk-angguk pasrah. Mami Irma melepaskan tangannya dari wajah Alice.
"Sekarang, kalian semua keluar dari kamar ini. Biarkan Nancy bersiap untuk melayani Om Bayu." Mami Irma memberi perintah.
Semua gadis yang berkumpul di kamarku serempak keluar, termasuk Alice yang melangkah dengan bersungut-sungut. Mami Irma menghampiriku.
"Kamu baik-baik aja, say? Gak usah peduliin Alice, kalo dia berani macem-macem lagi, lapor sama Mami. Okey?" Mami berkata lembut. Aku mengangguk. Lalu Mami Irma pun keluar seraya menutup pintu.
Aku duduk di depan meja rias, merapikan rambutku yang awut-awutan. Kupandangi sosokku di depan cermin, wajah cantik yang dulu kubanggakan kini menjadi boomerang bagi diriku.
Terlalu cantik, sehingga menyebabkan bunga lain di sini iri karena kumbang-kumbang berdasi lebih senang mampir padaku dan mengabaikan kehadiran mereka.
Tak hanya Alice, masih banyak anak asuh Mami yang juga iri padaku. Dan sering mem-bully-ku tanpa sepengetahuan Mami. Wajah cantik ini adalah kutukan.
Aku tak pernah ingat bagaimana Virna membawaku ke sini, atau mungkin aku yang tak mau mengingatnya. Peristiwa itu telah begitu lama berlalu, namun luka itu masih menganga di hatiku.
Dan yang pasti, sekarang aku terperangkap di sini untuk selamanya. Tempat ini memang neraka, sekeras apapun mencoba, aku takkan pernah bisa keluar dari kubangan lumpur ini.
Ibarat papan catur berbentuk lingkaran, semua sisi di penuhi oleh bidak yang menutup jalan keluar. Aku berdiri di tengah lingkaran, meski di sekelilingku begitu banyak orang, namun aku senantiasa merasa kesepian. Karena mereka semua hanya ingin mengambil keuntungan dariku, tak ada orang yang benar-benar tulus menyayangiku.
Bersambung
Published on 10th April 2021
Sumpah part ini adegannya sinetron banget. Tadinya mau kuhapus, tapi ya udahlah ya di publish aja.
FYI, cerpen perempuan hitam ini kutulis 10 tahun lalu, pas masih kuliah. Jadi mohon maklum ya kalau gaya bahasanya agak alay atau lebay, juga berbeda dengan gaya bercerita ku di novel lainnya.
Masih muda dan ababil saat menulis cerpen ini. Hihihi :)
Salam sayang
ElfijaniFollow my Instagram biar makin sayang :D
@avenir_blue
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)
RomanceKumpulan cerita pendek dewasa. Yang belum dewasa tak usah pura pura udah dewasa. Menyingkir saja. Part nggak berurutan, hanya orang yang cerdas dan mau berusaha lah yang bisa memahami semuanya. ***