Pram POV
Aku membawa Vanya ke kamar, karena ku tak ingin saat pertama ku menjamah tubuhnya dilakukan di sofa. Lagipula ranjangku lebih luas, tentu aku akan lebih puas menjelajahi setiap jengkal tubuhnya di sana dibandingkan di sofa yang sempit.
Vanya diam mengikutiku, sesampainya di kamar aku kembali mencium bibirnya.
Tanpa banyak bicara lagi, aku melepaskan pakaian kami berdua, hingga yang tersisa hanya pakaian dalam saja.
Aku melepaskan branya perlahan, Vanya menatapku pasrah. Ia diam saja menerima seranganku. Hingga akhirnya kami berdua telanjang bulat.
Aku menatap takjub tubuh Vanya yang terbaring pasrah di hadapanku.
Payudaranya bulat sempurna dengan puting berwarna merah muda. Kuraih salah satu payudaranya dan meremas gundukan lembut itu, mengusap ujungnya yang mengeras di bawah sentuhanku."Mmmhh..." Vanya mendesah pelan.
"Kau yakin tidak akan menyesal melakukan ini denganku?" tanyaku.
Vanya mengangguk pelan, lalu menarik wajahku mendekat ke wajahnya, lalu kami kembali berciuman.
Aku melepaskan ciuman kami, lalu melarikan bibirku ke pipi, mata, dahi, kemudian turun ke rahangnya. Terus turun ke leher dan bahunya.
Aku telah lama mengkhayalkan ini, menciumi setiap jengkal kulit Vanya yang menggoda. Menghirup aroma tubuhnya yang memabukkan, membelai rambutnya yang sehalus sutra.
Aku menghujani kulitnya dengan kecupan, di bagian ceruk lehernya aku memberikan kissmark. Jika Adnan melihatnya, dia pasti tahu kalau Vanya bercumbu dengan orang lain. Tapi aku tak peduli, malam ini Vanya adalah milikku. Dia menyerahkan diri kepadaku, maka aku akan menunjukkan cinta yang selama ini kupendam terhadapnya. Dengan sentuhan, belaian dan ciumanku di sekujur tubuhnya.
Sehingga setelah malam ini berakhir, Vanya tidak akan pernah lupa bahwa ia pernah berada dalam pelukanku.
Kularikan lidahku disepanjang tulang selangkanya, mengecup mesra bagian atas payudaranya, sebelum akhirnya mengulum puncak merah muda itu, menghisapnya dengan kuat hingga putingnya mengeras.
Sementara lidahku sibuk dengan buah dadanya yang ranum, tanganku menjelajahi perutnya yang rata, terus turun membelai kewanitaannya yang sudah basah.
Kejantananku terasa semakin keras mengetahui tubuhnya telah siap untuk kumasuki.
Aku langsung mengambil ancang-ancang untuk menyatukan tubuh kami. Kuusapkan kepala jamurku yang bengkak dan merah di belahan bibir bawahnya yang sudah basah oleh gairah.
Kutatap mata Vanya, ia tampak gugup. Aku membelai pipinya, lalu kembali mencium bibirnya. Bersamaan dengan ciuman itu, kulesakkan kejantananku memasukinya.
"Aaakh!" Vanya menjerit kesakitan.
Aku kaget. Kewanitaannya begitu sempit, melingkupi dan meremas kejantananku dengan ketat. Tapi aku tahu beberapa saat lalu ada kulit tipis yang tak sengaja kurobek saat aku menyatukan tubuh kami berdua.
Kenyataan ini seolah menamparku. Aku tahu persis perbedaan tubuh wanita yang sering dimasuki dan yang baru pertama kali menerima penetrasi. Dan jelas, tubuh Vanya belum pernah sekalipun dijamah oleh lelaki sebelumnya.
"Vanya, kau masih perawan?" tanyaku tak percaya.
Setetes airmata bergulir di pipinya,"Sekarang tidak lagi."
"Mengapa kau tak bilang padaku? Kalau saja aku tahu, aku akan bersikap lebih lembut padamu."
"Aku tak ingin kau merasa gugup," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)
RomanceKumpulan cerita pendek dewasa. Yang belum dewasa tak usah pura pura udah dewasa. Menyingkir saja. Part nggak berurutan, hanya orang yang cerdas dan mau berusaha lah yang bisa memahami semuanya. ***