A Wounded Heart (Part 1)

6.5K 196 13
                                    

Aku benci keluargaku.

Itulah yang terlintas di benak Gendhis saat dirinya berangkat kerja pagi itu.

Bagaimana mungkin ayah dan ibunya masih tetap memanjakan adik lelakinya yang sudah lulus kuliah dan harusnya kerja. Tapi masih saja minta uang pada orangtua.

Kalau Gendhis yang melakukan itu, status lajangnya pasti akan disebut. Di usia 25 tahun, dia telah dianggap perawan tua oleh keluarganya karena tak kunjung menikah.

Padahal sejak lulus SMA 7 tahun lalu, ia tak pernah meminta uang sepeserpun pada orangtuanya. Ia kuliah dengan beasiswa sampai lulus. Bahkan langsung dapat kerja di tempat bagus.

Sedangkan adiknya, yang sekolah di SMA favorit, bahkan dibiayai kampus mahal, namun sampai sekarang masih menganggur walau sudah setahun wisuda.

Orangtuanya bersikap tidak adil pada anak lelaki dan perempuan.

***
Ayo kita ketemu. Aku lagi di Bandung nih.

Pesan singkat dari Bryan membuat Gendhis tersenyum cerah. Hanya Bryan tempatnya berkeluh kesah dan bisa mendapatkan cinta yang tak ia dapatkan dari keluarga.

Gendhis segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat lalu pergi mencari taksi untuk membawanya menemui sang pujaan hati.

Tak lama kemudian taksi yang ditumpangi  Gendhis berhenti di pelataran sebuah hotel. Gendhis turun dan membayar ongkos taksi lalu langsung masuk ke hotel dan menuju lift.

Bryan tinggal dan kerja di Jakarta, makanya ketika ke Bandung dia selalu menginap di hotel. Biasanya mereka ketemu di hotel tempat Bryan menginap, baru setelah itu mereka pergi berkencan.

Begitu keluar dari lift, Gendhis mengetuk pintu kamar Bryan yang telah diinfokan sebelumnya oleh sang pacar. Pintu terbuka, wajah Bryan muncul dan senyumpun merekah di wajah Gendhis.

Bryan menarik Gendhis masuk ke kamar dan menutup pintu kamar.

"Aku merindukanmu..." Gendhis mendesah sambil memeluk kekasihnya.

"Aku juga kangen banget sama kamu." Pacarnya membalas.

Gendhis melepas pelukan lalu menyambut ciuman lembut di bibirnya dari sang kekasih.

Usai berciuman, Bryan menarik tangan Gendhis dan mendorongnya ke atas ranjang. Tubuh Gendhis memantul sekali di atas kasur yang empuk, Bryan langsung menindihnya dan kembali melumat bibir Gendis.

Gendhis mengalungkan kedua lengannya di leher Bryan. Ia memejamkan mata menikmati cumbuan Bryan. Puas menciumi bibir Gendhis, Bryan menghujani rahang dan leher kekasihnya dengan ciuman. Bahkan meninggalkan bekas merah di pangkal leher Gendhis.

Dengan cekatan Bryan membuka kancing baju Gendhis hingga bra berwarna merah yang dikenakan gadis itu terlihat. Bryan tersenyum senang melihat kait bra yang ada di depan, dan langsung melepas kaitannya.

Hingga akhirnya, bagian atas tubuh Gendhis terlihat semua di mata Bryan tanpa penghalang satupun.

"Aahhh...emmmhh...Bryan..." Gendhis mendesah sambil meremas rambut Bryan yang sedang mencumbui payudaranya.

Remasan dan hisapan Bryan di sana membuat Gendhis merasa kepalanya berputar dan bagian bawah tubuhnya basah. Bryan paling suka dengan payudaranya, dia suka berlama lama mencumbui Gendhis di sana sebelum mereka bercinta.

Puas mencumbui dada Gendhis, Bryan turun menciumi perut kekasihnya sambil melepas rok dan celana dalam milik Gendhis. Tanpa ragu ia menciumi paha dan pangkal paha milik wanitanya.

Gendhis meremas sprei menahan semua rangsangan yang diberikan Bryan. Tubuhnya semakin basah dan panas.

Saat Gendhis merasa tubuhnya akan meledak, tiba tiba Bryan berhenti. Mata Gendhis yang tadinya tertutup langsung terbuka dan menatap heran pada Bryan.

"Kenapa berhenti?" Tanya Gendhis dengan napas tersengal karena puncak yang gagal dia dapatkan.

"Aku ngga tahan lagi," Bryan melepas semua pakaiannya dan langsung menyatukan tubuh mereka.

"Aakkhhh..." Gendhis memekik terkejut saat Bryan memasukinya. Dan langsung bergerak dengan cepat dan kasar.

"Bryan...pelan...pelan...emmhh..." Gendhis mengigit bibir, menahan rasa tak nyaman karena gerakan Bryan yang terlalu kasar.

Setelah beberapa kali dorongan, badan Bryan mengejang dan ia menggeram keras. Lalu tubuhnya ambruk di atas tubuh Gendhis.

Napas Bryan terengah, dan badannya berkeringat. Dia tersenyum pada Gendhis, lalu mengecup bibir Gendhis sekali lagi.

"Kau selalu memberiku kenikmatan. Terimakasih."

Gendhis membalas senyumnya dengan terpaksa. "Bryan...aku belum..." Kata Gendhis pelan.

"Maaf sayang, tapi aku udah nggak ada tenaga. Pakai tanganmu sendiri saja ya." Kata Bryan sambil berguling ke samping dan langsung terlelap.

Gendhis terdiam, menelan kekecewaan.

***

Gendhis bertemu Bryan di acara reuni SMA setengah tahun yang lalu. Bryan adalah cinta pertama Gendhis yang tak pernah berani ia ungkapkan, kakak kelas yang ia kagumi, dan sosok idaman di masa remajanya. Di acara reuni itulah Gendhis baru berani terbuka mengatakan kalau ia pernah suka pada Bryan.

Tak disangka ternyata Bryan juga diam diam menaruh rasa pada Gendhis saat keduanya SMA. Akhirnya mereka memutuskan untuk mulai berkencan.

Meski Gendhis tinggal di Bandung dan Bryan di Jakarta, hal itu tak menjadi halangan bagi mereka. Bryan selalu menyempatkan diri datang ke Bandung di akhir pekan untuk bertemu dengan Gendhis.

Biasanya mereka akan pergi jalan jalan atau bermesraan di kamar hotel yang disewa Bryan seperti saat ini.

Gendhis menyerahkan kegadisannya pada Bryan tiga bulan setelah mereka berpacaran. Setelah itu, Bryan selalu minta jatah setiapkali mereka bertemu, dan Gendhis  tak bisa menolaknya.

Dalam hidup Gendhis yang sepi, yang kekurangan kasih sayang dari orangtuanya, Bryan adalah secercah cahaya yang membuatnya berharap lagi tentang cinta.

Ia tak sabar menanti saat saat Bryan melamar dan menjadikan ia sebagai istri. Dia pasti akan jadi wanita paling bahagia sedunia saat itu terjadi.

Saat Gendhis mulai terlelap di samping Bryan. Ponsel Bryan di meja bergetar menampilkan kontak bernama "Wife"

Bersambung

Publikasi pertama 9 Oktober 2022, pukul 14:40 WIB. 850 kata

Hai, ada yang kangen author di sini? :D

Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang