Vanya POV
Suara petir dan hujan deras membangunkanku dari tidur lelap. Kulirik Pram yang tidur di sebelahku, wajahnya terlihat damai.
Aku tak menyesal telah memberikan keperawananku padanya. Dia adalah cinta pertamaku, selama bertahun-tahun aku memendam rasa. Berusaha menggali apakah perasaanku berbalas atau tidak.
Tapi karena Pram tak pernah menunjukkan perasaan yang lebih dari teman dan sahabat terhadapku. Akhirnya aku merasa lelah menunggu, dan ketika Adnan mendekatiku, akupun menerimanya.
Hingga akhirnya aku menikah dengan Adnan, berharap aku bisa menghapus perasaanku pada Pram.
Tapi lihatlah sekarang, 6 bulan menikah, aku masih perawan. Dan justru keperawanan itu kuberikan pada lelaki yang bukan suamiku. Karena Adnan selingkuh.
Benar-benar menyedihkan!
Puas merutuki diri sendiri. Aku bangkit dari tempat tidur, meringis sedikit ketika kurasakan organ intimku agak perih. Pram menggumuliku lebih dari sekali malam tadi, hingga akhirnya kami kelelahan dan jatuh tertidur.
Aku berdiri pelan-pelan, lalu kupunguti bajuku yang berserakan di lantai dan memakainya kembali.
Kulirik Pram masih terlelap, sama sekali tak terganggu dengan suara petir di luar. Kantung matanya terlihat tebal. Pasti dia sangat kelelahan, kerja sebagai wartawan membuat siklus tidurnya tak beraturan.
Sudah kuperingatkan soal ini saat ia memilih karir sebagai jurnalis, namun karena itu adalah impiannya sejak dulu, aku tak bisa bilang apa-apa.
Lagipula, aku bukan siapa-siapa baginya. Punya hak apa aku mengatur hidupnya.
Nyut!
Dadaku terasa nyeri, menyadari bahwa hidupku benar-benar menyedihkan. Lelaki yang pernah kucintai tak membalas perasaanku. Suamiku selingkuh, dan pernikahanku di ambang kehancuran.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Yang pasti, aku tidak boleh melibatkan Pram dalam urusan rumah tanggaku.
Setelah memandangi wajahnya sekali lagi, aku beranjak pergi meninggalkan apartemennya.
###
Aku pulang dengan hati gamang, meninggalkan separuh hatiku bersama Pram. Dan menyiapkan batinku untuk menyelesaikan urusan pernikahanku dengan Adnan. Sengaja aku pergi sebelum Pram terbangun, karena aku tahu aku takkan sanggup pergi jika melihat matanya. Mata pria yang kucintai, yang telah memberiku malam paling indah dalam hidupku.
Kuhela napas berat ketika taksi yang kutumpangi berhenti di depan rumah yang selama beberapa bulan terakhir menjadi tempatku tinggal. Rumah warisan orangtua Adnan, yang diberikan pada kami di hari pernikahan. Rumah yang menjadi saksi kesepianku, menanti Adnan pulang, tanpa tahu dia sedang bersama wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)
RomanceKumpulan cerita pendek dewasa. Yang belum dewasa tak usah pura pura udah dewasa. Menyingkir saja. Part nggak berurutan, hanya orang yang cerdas dan mau berusaha lah yang bisa memahami semuanya. ***