A Wounded heart (part 2)

4.2K 201 8
                                    

Dua garis.

Gendhis menatap nanar stik berwarna putih biru di tangannya. Bagaimana ia bisa seceroboh ini?

Orangtuanya pasti marah besar kalau tahu soal ini. Namun Bryan pasti akan membelanya kan? Sekarang dia punya alasan untuk mendesak Bryan agar segera menikahinya.

Gendhis mengeluarkan ponsel dan menelepon nomor Bryan.

"Halo..." Suara seorang perempuan terdengar di sambungan telepon.

Gendhis tertegun sejenak, menatap layar ponselnya untuk memastikan bahwa benar yang ia pencet adalah nomor Bryan. Lalu kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Maaf, apa saya bisa bicara dengan Bryan?" Kata Gendhis.

"Ini dengan siapa?" Perempuan di ujung telepon balik bertanya.

"Bilang saja dari Gendhis."

Sambungan telepon hening beberapa lama. Gendhis tetap menunggu. Ketika suara perempuan itu datang lagi, Gendhis berharap ia bisa segera bicara dengan Bryan.

"Maaf, Bryan sedang sibuk sekarang. Silakan telepon lagi nanti."

"Tapi, ini pen...ting." sambungan telepon diputus sepihak sebelum Gendhis menyelesaikan kalimatnya.

Tak menyerah, Gendhis berusaha kembali menghubungi Bryan, namun seolah ponselnya dimatikan hingga tak dapat tersambung.

Dengan kesal Gendhis membuang tespek di tangannya ke tong sampah. Menimbunnya dengan tisu toilet dan segera membersihkan diri lalu keluar dari kamar mandi.

Gendhis terkesiap ketika membuka pintu kamar mandi, Gilang adiknya yang cuma pakai celana pendek memandang tak suka padanya.

"Ngapain sih lama banget di kamar mandi? Nggak tahu orang lagi kebelet apa?" Gilang menggerutu.

"Bukan urusanmu." Kata Gendhis tak kalah ketus seraya berlalu ke kamarnya. Ia harus bersiap pergi kerja.

***
Seharian ini Gendhis tak bisa fokus kerja, banyak sekali hal yang harus ia pikirkan. Soal kehamilannya yang diluar rencana, cara memberitahu Bryan dan mendesak Bryan untuk segera menikahinya. Juga bagaimana nanti tanggapan orangtuanya jika tahu.

Satu jam sebelum jam pulang kerja, resepsionis kantor menelpon ke ruang kerja Gendhis dan memberitahunya bahwa ada tamu yang mencarinya.

Gendhis menyimpan file yang ia kerjakan hari ini dan turun ke lobi untuk menemui tamu yang ingin bertemu dengannya.

Di lobi kantor, seorang perempuan anggun memakai setelan pakaian bermerek dan tas dari brand mahal menunggu Gendhis.

Dengan agak heran Gendhis duduk di depan perempuan itu. Ia merasa tak pernah mengenal wanita di hadapannya. 

Perempuan itu tersenyum ramah, mengulurkan tangan duluan kepada Gendhis.

"Halo, saya Bella Agustina. Istrinya Bryan."

Gendhis yang sedang menerima uluran tangan untuk bersalaman langsung mematung. Antara terkejut dan tak percaya.

"Maaf, Bryan yang mana ya?" Setelah pulih dari rasa syok, Gendhis berusaha meyakini bahwa dugaannya salah. Tidak mungkin kekasihnya adalah pria beristri, itu akan menghancurkan semua rencana masa depannya.

Lagi-lagi Bella tersenyum, namun senyuman itu hanya di bibir, tak terlihat senyuman di matanya.

"Bryan yang selalu menemuimu setiap akhir pekan selama beberapa bulan belakangan ini." Bella mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalam tasnya, lalu menaruhnya di meja.

Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang