6

22.5K 1.6K 28
                                    

.

.

.

"Baby..." Ellen pun naik ke tempat tidur lantas mengelus pelan tangan mungil anaknya. Tapi El malah semakin membenamkan wajahnya di dada sang kakak. Dia menggelengkan kepalanya berulang kali pertanda tidak ingin disentuh Ibunya.

"Sayang, lihat Mimmy dulu. Baby, takut melihat Mimmy?" Ujar Cashio.

"No..." El tetap tak mau.

"Baby El, kenapa tidak mau melihat Mimmy, nak?" Tanya Ellen lagi dengan nada kecewa.

"Huaaa... Mimmy pukul El, Mimmy jaat." Anak itu pun kembali menangis, merasa trauma dengan pukulan sang Ibu yang sebenarnya tidak begitu sakit. Tapi kita tahu kalau baby El itu super sensitif, jangankan pukulan dibentak sedikit saja, sakitnya bisa membekas hingga lama.

"Mimmy, minta maaf ya sayangku. Mimmy, sudah nakal. Mimmy, mohon maaf baby." Ellen sangat memohon pada bayi kesayangan itu, Ellen rela dimusuhi semua orang kecuali Abigael.

"Hiks... Mimmy." El mulai luluh akhirnya dan langsung memeluk ibunya, Ellen balas memeluk sang anak lalu mengecupi pipinya dengan lembut. Rasa bersalah itu akan selamanya dia kenang supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dia berjanji tidak akan melukai permata berharga itu.

"Maaf ya, sayang. Mimmy nakal sekali memang, Mimmy memukul kesayangan keluarga ini..."

"Mimmy, dak boleh pukul-pukul agi! Mimmy janji ya," peringat si baby, persis seperti guru yang sedang memperingati muridnya.

"Janji sayangku. Cup..." Ellen otomatis mengangguk lalu mengecup kening itu cukup lama.

Setelah mereka berbaikan, El pun kemudian makan disuapi oleh Mimmynya. Selesai makan, sifat manjanya pun kembali kambuh. Dia mau tidur sambil digendong Mimmynya, itupun gendongnya harus berdiri lengkap dengan dot susu. Mereka hanya bisa sabar dengan tingkah manja itu karena mereka juga menyukainya.

...

Sudah larut malam dan orang-orang sudah memilih untuk beristirahat. Tetapi, sang kepala keluarga alias Max masih sibuk dengan serangkaian pekerjaan yang tak pernah habis. Tubuhnya sudah lelah, tapi dia coba untuk bertahan sebentar lagi untuk menghasilkan kepuasan saat pekerjaannya selesai.

Duk.. duk...

Max mengalihkan pandangannya dari layar laptop ke arah pintu ruangan kerjanya. Bunyi suara aneh muncul dari sana, seperti suara benda yang sengaja dipantulkan ke arah pintu itu.

Tap... tap.. tap.

Max kembali terkejut saat mendengar suara derap langkah, dia bingung siapa anggota keluarganya yang masih bangun? Sepertinya tidak ada, karena lampu besar di dekat tangga sudah dimatikan, itu artinya semua penghuni sudah beristirahat.

Max mencoba kembali fokus dan menjauhkan pikiran buruknya. Tak mungkin di rumah mereka ini ada makhluk tak kasat mata. Max adalah tipe orang yang tak percaya hal-hal seperti itu.

Krieet...

Pintu pun terbuka dengan pelan, Max menahan napasnya dan siap melihat apapun itu. Dia menoleh ke arah pintu beberapa saat kemudian, senyumnya pun mengembang saat melihat ujung selimut berwarna biru bermotif doraemon.

"Baby..." ujar Max.

"El bobo cini boleh?" Suara itu terdengar dari mulut si bayi kecil. Dia terlihat begitu menggemaskan, selimut kesayangannya dia lilitkan di leher. Satu tangan membawa boneka kelinci dan satu lagi membawa batal bayi yang sudah mulai kusam, karena bantal itu ada sejak El baru lahir dan dia tak bisa tidur jika tidak memakai bantal bayi itu.

Lagniappe (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang