18

10.3K 1K 61
                                    

Malming-nya ditemani baby El aja, ya.
Happy Reading

.
.
.

Ellen turun menuju lantai bawah lalu bergerak menuju ruang makan. Di ruang makan, suami beserta anak kembarnya sudah menunggu dirinya dengan sabar. Ellen membuat sebuah aturan, jika sarapan dan makan malam wajib dilakukan secara bersama.

"El di mana, Mom? Belum bangun tidur?" Tanya Cashiel. Biasanya Ellen dan El akan turun bersama.

"Mommy tinggalkan sendirian di kamar. Dia baru selesai mandi dan bersikeras memakai bajunya sendiri," ujar Ellen dengan wajah yang sedikit masam namun lucu juga. Yang lain pun saling menatap, tidak mungkin Mommy mereka meninggalkan sang adik begitu saja.

"Tapi, sayang. Apa dia bisa memakai bajunya sendiri?" Ujar Max menambahi.

"Sudah biarkan saja, El ingin belajar sendiri. Kita sarapan sekarang," ujar Ellen lalu mulai memakan sepotong roti yang sudah disiapkan pelayan mereka. Yang lain pun diam, lalu memakan sarapan mereka juga.

Sementara itu, Baby El masih berjuang keras untuk memakai bajunya sendiri. Selama ini, setiap habis mandi, pasti selalu ada orang yang memakaikan bajunya. Kalau tidak Mommy, bisa juga  para pengasuh kepercayaan Ellen. Tapi, kali ini El bersikeras kalau dia ingin pakai baju sendiri. Bahkan sempat ada perdebatan kecil antara dirinya dan Mommy. Ellen tahu sampai mana batas kemampuan anak itu, ini memang hal sederhana untuk orang lain, namun sangat susah untuk El.

El mengidap keterbelakangan mental, hingga dia benar-benar lamban merespon dan juga mempelajari sesuatu. Dia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang dia butuhkan secara mandiri. Karena itu sehingga Ellen selama ini selalu menyiapkan segalanya.

El meraih sebuah baju atasan yang sudah disiapkan sebelumnya. Baju memiliki kerah dan juga kancing. El pun memasukan kepalanya namun tidak muat. Seharusnya, dia harus membuka dua kancing atas bajunya supaya kepalanya bisa muat.

"Cucah..." ujarnya. El kembali mencoba, namun kepalanya tidak bisa juga muat. Dia pandangi baju itu, bingung juga kenapa tidak bisa ? Padahal baju ini sama saja seperti baju yang lain.

"Huaaa... baju nakal."

"El dak cuka baju ini," ujarnya dengan ekpresi meringis. El pun memungut baju dan celananya lalu keluar dari kamar.

"Mimmy..." ujar si kecil sambil mencari-cari sang ibu. Dia kelilingi ruangan di dekat kamar tidur mereka, namun Ellen tidak ada juga.

"Mimmy..." kini suaranya lebih keras lagi, hingga Ellen yang berada di lantai dasar mendengar suara itu.

"Mimmy, hiks... Mimmy ana?"

"Mimmy di sini, sayang." Ellen pun berdiri lalu menaiki tangga dengan cepat. Takut si bungsu kenapa-napa.

Ellen menemukan si baby yang nampaknya kelimpungan mencari dirinya. Hanya memakai diaper, sementara bajunya dia seret ke sana ke mari.

"Bajunya belum dipakai, baby ? Katanya tadi ingin memakai baju sendiri kan," ujar sang ibu dengan lembut. Sudah hampir 20 menit, namun El masih belum pakai baju.

"Mimmy, baju dak cuka. Cucah..." ujarnya lalu memberikan baju itu pada sang ibu.

"Tidak suka karena apa? Biasanya El suka warna biru kan?" Tanya Ellen lagi. El pun bingung bagaimana menjelaskan kendala yang dia alami itu. Dia ambil kembali baju itu, lalu memasukkan badannya namun kepalanya selalu terjebak.

"Ini Mimmy, baju dak cuka," ujarnya.

"Oh...ini karena kacingnya belum dibuka, sayang." Ellen tertawa kecil, lalu membuka dua kancing atas baju itu hingga kepala si baby bisa menyembul ke atas.

Lagniappe (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang