Kenangan-kenangan manis yang belum terlupakan.
.
.
.
Sudah lebih dari dua jam El berada di ruang lukis miliknya. Anak itu duduk di kursi kayu yang agak tinggi, memandang tepat pada kanvas putih yang sudah dia lukis dengan cat warna-warni. Ellen memintanya untuk menggambar anggota keluarganya sendiri, dan wanita itu tentunya tidak berharap lebih akan hasil yang dibuat anaknya nanti.
"Baby..."
"Apa sudah siap menggambarnya? El istirahat dulu, sayang." Ellen berujar dengan suaranya yang lembut seperti biasa. Dia membawa segelas air putih dan mangkok yang berisi potongan buah kecil-kecil. El yang merasa dipanggil pun menoleh pada ibunya, dia tersenyum sebentar lalu turun dari kursi kayu yang dia duduki.
"Mimmy, El mau mimi..." El berusaha meraih gelas berisi air putih tadi, Ellen pun memberinya dan langsung diteguk hingga tandas.
"Kehausan ya? Hahaha..." Ellen mengusap kepala bungsunya dengan sayang. El memberikan gelas kosong pada ibunya, lalu menarik tangan wanita itu untuk melihat lukisan yang sudah dia buat. El selalu menyebut kegiatannya menggambar bukan melukis.
"Ya ampun, cantik sekali sayang." Ellen terkejut dengan hasil lukisan yang dia minta, El menciptakan lukisan anggota keluarga itu melebihi ekspektasi sang ibu.
"Ini siapa saja sayang? Mimmy ingin tahu siapa saja yang El gambar ini."
"Ini Kak Io, Kak Ie... Ini Mimmy, ini Diddy," ujarnya lucu.
"Lalu El di mana?" Ellen bingung. Mereka dalam rumah itu terdapat lima anggota keluarga sebelum Luwis datang, dan El tidak melukiskan dirinya sendiri.
"Cini...El dicini, Mimmy." El menunjuk langit biru yang menjadi latar dari gambar itu.
"Kenapa di situ, baby? Kalo Mimmy ingin memeluk El kan jadi susah. El harus berada di dekat Mimmy, buat gambar El di sini... Di samping Mimmy ini." Ellen menunjuk lukisan cantik itu, supaya lukisan El dibuat di dekat Mimmy atau di depan Mimmy. Intinya tidak boleh jauh dari Mimmy.
"Huhh...lelah..." El mendesah panjang lalu menggembungkan pipinya. El pun langsung memeluk sang ibu, sifat manjanya pun langsung menguar.
"Ouh...Bayiku sudah lelah menggambar rupanya. Ya sudah, El sekarang istirahat dulu, besok buat gambar El juga di samping Mimmy ya..." El tak menjawab apapun, dia hanya memeluk ibunya dengan manja.
Dan akhirnya, kau tak kunjung membuat lukisan dirimu di samping Mimmy, El...
Ellen menyapu air matanya yang menetes tepat di lukisan terakhir El. Sejak tadi dia memandangi lukisan yang belum selesai namun sang pelukis sudah pergi. Lukisan itu mungkin sudah menjadi sebuah pertanda sebenarnya, jika El tidak ingin lagi dekat di samping ibunya. Dia menunjuk langit biru sebagai tempatnya dalam lukisan itu. Saat Ellen memintanya agar tetap di sampingnya, El pun berkata jika dirinya sudah lelah. Ellen memberinya waktu istirahat dan dia beristirahat untuk selamanya.
Dengan air mata yang masih turun, Ellen pun meraih sebuah spidol besar dari kumpulan peralatan menggambar anaknya. Lukisan itu belum sempurna juga hingga saat ini.
ABIGAEL
Ellen menuliskan nama itu di bagian langit biru yang ditunjuk El kala dia hidup, menyelesaikan lukisan itu dengan cara yang berbeda. Kini semua anggota keluarganya sudah berada dalam lukisan itu, sementara nama Luwis dia buat dibagian tangan kiri Max yang nampak bebas dan tidak menggenggam apapun.
El menjadi langit biru... Yang kadang dihiasi pelangi atau bahkan tertutup awan hitam. Langit biru itu memberi makna jika kehidupan masih terus berlangsung, walau hidup seakan tak punya tujuan arah lagi.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagniappe (END)
Teen FictionKetika anak yang ditunggu bertahun-bertahun ternyata mengidap keterbelakangan mental, bagaimana perasaan keluarganya? Bungsu kesayangan keluarga itu mengidap keterbelakangan mental. Tapi, cinta dan kasih sayang keluarganya tidak berkurang sedikitpu...