12. Love Language

408 57 18
                                    

Hari itu adalah hari yang paling indah semasa kuliah bagi Perth. Meskipun dirinya menahan gugup dan juga gemetar, ia berhasil mengantar Mark sampai tempat tujuan dengan selamat. Bisa gawat kalau ia membawa Mark jatuh, bisa lecet Kakak kesayangannya itu. Untungnya latihannya selama ini berbuah manis. Mungkin ia harus mentraktir Plan dan Mean nanti.

Perth memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Ia melompat turun dan berjalan sambil melompat-lompat masuk ke rumah. Suasana hatinya sangat baik saat ini.

Setelah mengetahui masa lalu Kakak tingkat incarannya, Perth semakin ingin melindungi Kakak tingkatnya itu. Ia tidak ingin Mark bersama orang yang salah untuk kedua kalinya.

Setelah tau berbagai hal yang bisa membantu mensukseskan usahanya mendapatkan Mark Siwat, Perth terus memperbaiki diri. Jangan salah sangka, Perth merubah dirinya kearah yang lebih baik untuk dirinya maupun untuk Mark. Jadi tidak serta merta Perth berubah hanya karena ingin disukai oleh seseorang. Perth tetap menjadi dirinya sendiri. Lagi pula pengorbanan itu perlu untuk membantu usahanya mendapatkan hal yang ia inginkan.

Selesai mandi Perth berguling di kasurnya yang besar. Ponsel pintarnya sudah ia genggam dengan wajah berseri-seri.

"Kak Siwat, besok boleh aku jemput?" Gumam Perth sambil mengetikkan pesan di ponselnya.

Malam ini juga nampaknya Perth akan mimpi indah.

.

.

Mark tersenyum begitu keluar rumah dan melihat sosok adik tingkatnya sudah menunggu di sana. Ia duduk di atas sepeda motornya yang sama dengan yang kemarin ia bawa.

Perth menyerahkan sebuah helm pada Mark. Tapi saat Mark menerimanya, Perth tidak memberikannya.

"Mau aku pakein aja gak? Biar kayak di FTV gitu Kak."

Mark malah tersenyum malu-malu. Sumpah pagi-pagi gini Mark Siwat sudah membuat Perth ingin berteriak karena tingkah gemasnya.

Berlawanan dengan ekspresi wajahnya, tangan Mark merebut helm tersebut dengan kasar dan langsung memakainya sendiri.

"Bisa sendiri kok." Ucapnya.

Perth hanya tertawa gemas pada Kakak tingkatnya yang makin hari makin bikin Perth kalang kabut karena harus menahan kegemasannya pada makhluk manis di depannya ini.

"Mark!" Suara Mawin terdengar dari depan pintu rumah.

Perth langsung turun dari motor untuk menyapa calon Kakak iparnya ituㅡ setidaknya itu harapan Perth.

"Hati-hati bawa Mark!" Seru Mawin.

"Pasti Kak!" Balas Perth.

Perth dan Mark pamit berangkat menuju kampus. Entah kenapa sekarang Mark merasa canggung dibonceng oleh Perth. Padahal kemarin ia dengan tidak tau malunya memeluk Perth sangat erat, bahkan bersandar pada bahunya. Oh, Mark malu kalau mengingat kejadian itu.

Tangannya dengan tidak nyaman berpegangan pada pahanya sendiri. Tanpa ia sadari sejak tadi Perth terus memerhatikannya dari kaca spion. Perth tidak ingin membuat Mark semakin tidak nyaman, jadi ia berpura-pura tidak tau.

"Kak Siw, mau sarapan dulu?"

"Kamu belum sarapan?"

Perth mengangguk.

"Aku pengen diajarin masak sama kamu."

"Ha?"

"Aku pengen diajarin masak sama kamu." Ulang Mark dengan suara yang lebih kencang.

"Kak, aku nanya apa kok Kakak jawabnya apa."

"Biar." Jawab Mark dengan sedikit cemberut. Ya Tuhan, Perth Tanapon ingin menghentikan motornya sekarang juga untuk mencubit Mark Siwat.

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang