11. Belajar

410 59 38
                                    

"Kak Siwat," bisik Perth.

Pasalnya lelaki berwajah manis itu sejak tiba di rumah Perth lebih banyak melamun dan jadi tidak fokus.

"Kakak gak apa-apa?"

Mark menggeleng sambil tersenyum.

Mark tau kalau Perth berasal dari keluarga kaya tapi ia tidak menyangka kalau sekaya ini. Sejak ia tiba di rumah ini sampai masuk ke dalamnya, banyak hal yang membuat Mark tercengang. Memang tidak banyak benda mahal yang dipajang, tetapi rumah besar ini terlihat nyaman meskipun tidak banyak penghuninya. Berbeda dengan rumah besar yang terasa kosong karena penghuninya sibuk. Rumah Perth masih terasa kehangatannya, padahal yang Mark tau Perth adalah anak satu-satunya yang artinya penghuni inti rumah besar ini hanya tiga orang.

Banyak foto keluarga yang terpajang di dinding maupun di lemari kaca. Foto-foto itu di dominasi oleh foto anak lelaki keluarga ini, mulai dari bayi sampai tumbuh dewasa.

"Kamu lucu di sini," tunjuk Mark pada foto bayi Perth. "Dari kecil udah gembil pipinya. Gemes."

Wajah Perth memerah, tentu saja ia malu.

Mark berlari menghampiri Mamanya Perth saat ia melihat wanita itu sedang sibuk di dapur. Perth langsung mengekori Mark.

"Saya bantu Tante." Tawar Mark.

"Eh gak usah. Ppe, ajak Kak Siwat ke depan aja."

Perth akhirnya membawa Mark ke ruang makan. Di sana Mark tetap menawarkan diri untuk membantu dengan menyiapkan perlengkapan makan dan merapihkan meja. Mau tidak mau Perth ikut membantu sambil melirik Mark berkali-kali.

"Ada yang aneh di muka aku?" Tanya Mark yang sadar diperhatikan Perth sejak tadi.

"Gak ada. Cuma gak nyangka aja Kak Siwat di rumah aku, ketemu sama Mama. Sekarang kita nyiapin meja buat makan malem bareng."

"Bukan hal aneh kan saat main ke rumah temen terus ketemu Mamanya, abis itu makan malem?"

Wajah Perth berubah menjadi muram setelah Mark menjawab demikian. Sedikit ia berharap Mark merasa canggung atau setidaknya deg-degan. Tapi ternyata Mark terlihat santai dan menganggap semua ini hal biasa yang dilakukan oleh teman. Iya, kata 'teman' yang membuat Perth kecewa.

Jadi selama ini Mark masih menganggap hubungan mereka hanya teman. Padahal Perth berharap Mark berubah pikiran seiring berjalannya waktu. Apakah usahanya selama ini akan sia-sia?

Makan malam berlangsung dalam keheningan. Hanya beberapa obrolan terjadi saat Mamanya Perth bertanya. Setelahnya Perth dan Mark banyak diam. Mark diam karena tidak tau harus berkata apa, sedangkan Perthㅡ orang yang seharusnya menengahiㅡ malah ikut-ikutan diam.

"Terima kasih untuk makanannya, Tante. Enak banget."

"Syukur deh kalo Siwat suka. Kapan-kapan main lagi ke sini. Nyobain masakannya Ppe."

Mark melirik Perth. "Perth bisa masak, Tante?"

"Jago dia. Emang gak banyak yang tau, cuma Plan sama Siwat aja."

Mark manggut-manggut. Lalu pamit pulang karena hari semakin malam.

.

.

"Kamu bisa masak, Ppe?" Tanya Mark memecah keheningan perjalanan pulangnya.

Perth melirik Mark sekilas sebelum kembali fokus ke depan. "Itu panggilan aku di rumah."

"Aku cuma bercanda. Abisan dari tadi makan malem kamu diem aja."

"Ngantuk." Jawab Perth sekenannya.

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang