1. Spin Off ㅡ Panggilan

348 42 21
                                    

Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang berwarna hitam, yang seminggu lalu menjadi saksi bisu dari momen bersejarah itu. Hari di mana status mereka berubah dari Kakak tingkat dan adik tingkat, menjadi sepasang kekasih. Membayangkan kata 'kekasih' saja masih membuat bulu kuduk Perth merinding. Bukan kearah mistis, tapi karena sebegitu tidak menyangkanya hari itu tiba.

Walaupun sudah berjalan seminggu dan pendekatan yang cukup lama, tidak serta merta membuat kecanggungan hilang begitu saja. Malahan, setelah berpredikat sebagai sepasang kekasih, mereka lebih banyak merasa canggung. Mungkin belum terbiasa. Terutama Mark Siwat, lelaki manis itu hampir setiap saat wajahnya memerah karena malu.

Seperti sekarang, padahal Perth hanya menggenggam tangannya sepanjang perjalanan tapi Mark tidak bisa menghentikan rona di pipinya. Rasanya tangannya yang lebih kecil itu begitu hangat dalam genggaman tangan besar milik Perth. Berbanding terbalik dengan tangannya, tangan Perth adalah definisi dari tangan laki-laki yang sesungguhnya; besar, berurat, berbulu dan agak kasar.

Cara Perth menggenggam tangan Mark itu perpaduan dari rasa sayang dan keinginan untuk melindungi. Mark jadi merasa aman dan disayang.

Tentu saja setelah menjadi pacarnya, sikap Perth sedikit banyak berubah. Dia menjadi lelaki gentlemen, lebih perhatian dari sebelumnya, lebih memanjakan Mark, dan lebih berani mengekspresikan rasa sayangnya.

Kalau ditanya apa Mark bahagia? Kalau ada kata lain yang bisa mengungkapkan rasa lebih dari bahagia, maka itu jawabannya.

"Mau masuk dulu?" Tawar Mark.

"Kapan-kapan aja ya. Kak Siwat juga capek mau langsung istirahat." Tolak Perth dengan lembut.

Mark menggigit bibir bawahnya, ia sedang berpikir. Tak lama ia menangguk pelan.

Dengan terpaksa Perth melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan Mark bersiap pergi.

"Um.. hati-hati di jalan ya, Perth...... sayang." Ucap Mark pelan sekali, terutama pada kata terakhir.

Perth langsung menarik pergelangan tangan Mark, mencegahnya kabur.

"Kak Siwat ngomong apa tadi? Coba ulangin lagi." Pinta Perth seraya menatap wajah Mark yang menunduk.

"Kak Siwat.." Panggil Perth lagi karena tidak mendapat respon. Tangannya ia arahkan ke dagu Mark dan membuatnya menatap Perth.

"A-apa?" Tanya Mark berakting tidak mengerti.

"Coba aku mau denger sekali lagi tadi Kak Siwat ngomong apa." Ucap Perth dengan sangat lembut. Tangannya masih setia menggenggam pergelangan tangan Mark.

Mark menggigit bibir bawahnya lagi. "Hati-hati di jalan?"

"Habis itu?"

"Apa?"

"Kata setelah hati-hati di jalan. Aku mau denger lagi."

Telinga Mark sudah memerah. Ia ingin kabur tapi tangannya masih digenggam.

"Hati-hati di jalan, Perth." Ulang Mark.

"Nggak, tadi bukan itu." Perth masih bersikeras. "Aku denger kok tadi bukan begitu."

"Udah denger, kan? Berarti gak perlu ngulang."

"Kak Siwat." Panggil Perth yang kini sudah memegangi kedua pergelangan tangan Mark. Wajahnya ia condongkan lebih maju sambil memerhatikan seluruh wajah Mark.

Mark membuang muka. Ia tidak kuat kalau terlalu lama ditatap, apalagi dengan jarak dekat.

Tak lama Perth pun melepaskan tangan Mark, tubuhnya ia tegakkan ke posisi semula.

"Yaudah kalo gitu, sampe besok ya Kak Siwat. Mimpi indah." Ucap Perth sambil tersenyum. "Aku sayang kamu."

Mark memberanikan diri untuk melirik wajah Perth. "Umm.. Mimpi indah juga Perth."

Perth masih tersenyum kearah Mark. Sedangkan lelaki manis itu masih gelisah, seperti ada hal yang masih ingin ia sampaikan.

"Aku juga sayang kamu." Ucap Mark akhirnya.

Perth pun tersenyum lebar. Ia tarik tubuh Mark dalam pelukannya. "Sayangnya Perth gemesin banget."

Perth mengerti kalau Mark masih belum terbiasa dengan dirinya, atau lebih tepatnya dengan hubungan mereka. Wajar, masih awal-awal pacaran. Perth tau kalau Mark itu bukan tipe yang pasif, tapi lelaki manis itu masih butuh waktu. Walau kadang Mark tak sadar menjadi yang berinisiatif. Seperti saat memeluknya duluan di motor, atau memintanya untuk menciumnya di hari pertama mereka pacaran. Dan sekarang, Mark memberikan panggilan sayang duluan. Mark benar-benar bukan tipe yang pasif, masih malu saja.

Perth tidak akan memaksa. Ia akan menunggu dengan sabar selagi Mark Siwat yang malu-malu sangat menggemaskan. Perth akan menikmatinya.

.

.

.

.

End of Spin Off Chapter 1

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang