Perth memang tidak pernah bisa merelakan Mark Siwat. Kakak tingkat manis yang mengambil hati Perth Tanapon itu masih menjadi urutan pertama di hatinya. Meskipun beberapa hari sebelumnya ia sempat dikecewakan, tapi kejadian di kantin membubuhkan keyakinannya bahwa ia tidak akan melepaskan Mark Siwatㅡ ia bahkan belum mendapatkannya.
Katakanlah Perth penasaran. Lelaki muda itu baru pertama merasakan sebegitu menginginkan seseorang. Terlebih yang ia inginkan tidak mudah untuk didapatkan.
Perth tidak mau mengakui lelaki di kantin tadi itu tampan karena menurutnya ia lebih tampan dari siapapun. Percaya diri itu perlu. Setelah perubahan dirinya ia semakin yakin kalau itu memang tampan jika lebih mengurus diri. Ia juga percaya diri kalau ia sudah serasi menjadi pacar Mark.
Perth menyebutnya 'lelaki saingan'. Lelaki saingan yang tadi menawarkan Mark untuk duduk makan bersama membuat Perth gerah. Diam-diam ia terbakar cemburu sendirian. Tapi tidak punya pilihan karena sedang dalam fase dikecewakan. Perth membayangkan jika Mark menjadi milik orang lain, apakah ia siap? Apakah ia ikhlas? Apakah ia yakin melepasnya begitu saja?
Jawabannya tidak.
Bayangannya saja sudah membuatnya kesal. Apalagi kalau menjadi kenyataan?
"Aku mulai lagi dari awal, Kak Siwat."
Kesempatan Perth memperbaiki semuanya sebelum terlambat. Ia tidak peduli pandangan orang lain, ia masih mau berjuang. Ia tidak mau menyesal. Bodo amat apa kata orang. Tau apa mereka soal hidupnya? Siapa mereka bisa mengatur jalan hidupnya?
Mark Siwat tidak berkata apa-apa setelah pernyataan Perth itu. Perth tau, Mark Siwat cukup pintar untuk paham maksud perkataannya tadi.
Di sisi lain, Mark tidak paham kenapa jantungnya berdetak lebih keras dan lebih cepat. Rasanya seperti mengantisipasi sesuatu. Setelah mendengar ucapan Perth tadi ia gelisah. Perasaan gelisah yang menyenangkan. Mungkin karena Perth sudah tidak marah lagi padanya. Tapi Mark tau betul kalau bukan itu alasannya.
Tidak mau larut dalam perasaan tidak pasti ini, Mark memilih pergi ke perpustakaan untuk mencari buku bacaan. Ia perlu mendistraksi pikirannya.
.
.
"Selamat pagi Kak Siwat!" Seru Perth tiba-tiba muncul menghadang jalan Mark.
Mark terlonjak kaget. Hampir saja ia mengumpat.
"Kaget ya, Kak?" Pertanyaan retoris dari Perth sambil cengengesan melihat Mark mengusap-usap dadanya.
Mata Mark memicing menatap adik tingkatnya yang sekarang terlihat lebih santai di depannya daripada awal-awal mereka kenal. Perth yang kaku padahal terlihat lucu, pikir Mark.
"Maaf ya Kak kalo ngagetin. Cuma mau ngasihin ini aja." Kata Perth sambil menyodorkan sebuah paper bag. "Aku duluan!" Pamitnya lalu berlari pergi.
Mark menghela napas melihat isi paper bag berwarna coklat tersebut. Sebuah roti dan sekotak susu. Dengan notes tentu saja, seperti biasa. Mark ambil notes berwarna hijau tersebut.
Ngelewatin sarapan itu gak baik lho!
Mark menyimpan notes tersebut bersamaan dengan notes-notes lainnya yang pernah Perth berikan dalam sebuah kotak kecil di tasnya.
Siang harinya Perth menarik Mark untuk duduk bersamanya. Anak itu ternyata sudah menyiapkan tempat untuk mereka berdua. Mark tidak biasanya makan siang tepat waktu karena paham kalau kantin pasti penuh tapi Perth terus memaksanya.
"Kalo dapet tempat duduk jadi gak ada alasan lagi buat makan telat kan, Kak?"
"Bukan gituㅡ"
"Oke, mulai besok aku tap-in tempat duduk buat Kak Siw."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Siwat [PerthMark]
RomansaKata orang, kalau mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan usaha dan susah payah, maka kita akan menghargai dan menjaga apa yang kita dapat itu. Karena kita tau perjuangan buat ngedapetinnya. . Cerita tentang usaha Perth Tanapon untuk ngedapetin...