4. Glow Up

503 69 26
                                    

"Aku gimana?"

"Hah?"

"Menurut Kak Plan, aku gimana?"

Plan menatap lelaki yang lebih muda darinya itu bingung. "Apanya?"

"Aku."

Plan menghela napas kasar. "Perth, kalo ngomong itu jangan langsung ke akhir. Kasih intro dulu. Aku bukan cenayang yang bisa nebak isi pikiran orang lain."

Perth malah diam. Ia menatap satu titik, melamun. Plan juga memilih diam. Membiarkan si yang lebih muda berkonsentrasi dengan pikirannya. Ia bisa melihat kalau Perth sedang ada pikiran yang sangat mengganggunya, tapi ia tidak akan ikut campur sampai Perth sendiri yang mulai cerita.

"Kak Siwat suka tipe yang kayak gimana ya?" Tiba-tiba Perth bertanya. Pertanyaan yang lebih ditujukan kepada dirinya sendiri.

Plan menepuk pundak Perth pelan. Tak tau harus merespon apa.

.

****

Mark pikir setelah menemukan jawaban kalau tidak ada kata-katanya yang menyinggung orang lain, ia bisa tenang. Malahan, pikirannya sekarang lebih mengganggu dari sebelumnya.

Tak pernah ada yang berani menyatakan cinta padanya sebelumnya. Ia juga tidak pernah menyatakan cinta kepada siapapun.

Penggemar rahasia? Orang yang diam-diam menyukainya? Ada banyak. Mark tau itu tapi ia memilih untuk diam saja.

Perth orang pertama.

Orang pertama yang membuatnya merasakan ini semua.

Tapi sepertinya, semua itu hanya akan jadi angin lalu sebentar lagi. Lelaki itu pasti akan langsung menghilang setelah ia tolak. Siapa memangnya yang masih akan bersikap seperti sebelumnya setelah ditolak?

Ia tidak mengenal Perth. Tapi ia rasa Perth anak baik-baik. Tapi itu saja tak cukup membuatnya yakin untuk menerima perasaan anak laki-laki itu. Mark pikir, perasaan Perth hanya perasan sesaat karena rasa kagum. Jadi, Perth pasti akan segera baik-baik saja.

.

****

Lelaki berpipi gembil dan rambut pendek itu menghabiskan waktu seharian untuk melamun. Tidak ada yang baik-baik saja setelah ditolak, terlebih ini adalah kisah cinta pertama.

Suara berisik orang mengobrol mengusik waktu melamunnya. Ingin ia beranjak dari tempat duduknya tapi diurungkan. Ia melihat teman-teman Mark dan tak sengaja mendengar sekilas obrolan mereka.

Salahnya mereka yang mengobrol dengan suara keras. Orang dengan jarak 3 meter dari mereka pun bisa mendengarnya dengan jelas.

"Si Mark beneran gak mau nyari pacar selama kuliah?"

"Nyia-nyiain masa indah kuliah."

"Nyia-nyiain mukanya."

Satu-satunya lelaki yang Perth kenal namanya di antara mereka menggeleng.

"Mark cuma belum nemu yang sesuai sama dia aja," kata lelaki yang Perth yakini bernama Blue itu.

"Kayak gimana yang dia cari emang?"

"Yang cakep lah. Dianya aja cakep." Jawab Blue asal kemudian tertawa dan disusul tawa yang lain.

Perth langsung lari begitu mendengarnya. Ia tidak mau menguping lebih lanjut. Sudah cukup informasi yang ia terima dan cukup untuk menyakitinya.

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang