1. Confess

1.2K 78 65
                                    

Hari itu seperti angin musim semi berhembus untuk Perth, bocah yang baru memulai hari pertamanya di universitas setelah seminggu mengikuti masa orientasi mahasiswa baru. Kalau kata orang, semester awal adalah masa paling bersemangat untuk para maba. Masih rajin-rajinnya.

Sudah hampir satu jam mungkin Perth duduk di sana. Memperhatikan sesuatu yang indah. Tak ada bosannya.

"Mau sampai kapan jadi penguntit begitu?" Sebuah suara mengganggu waktu bahagianya.

"Udah kubilang, aku bukan penguntit Kak Plan!"

Plan mengangkat bahunya. "Apa bedanya?"

Perth menghela napas. Salah satu tangan menopang dagunya. Tatapannya tak lepas dari segerombolan mahasiswa tak jauh dari tempatnya duduk.

"Kak Siwat itu indah banget ya. Ibaratkan pemandangan paling indah di muka bumi. Orang-orang akan ngelakuin apapun demi bisa lihat pemandangan indah itu," kata Perth ngelantur.

"Udah gila," komentar Plan.

"Iya, gila karna Kak Siwat."

Plan hanya menggelengkan kepalanya.

Perth adalah temannya sejurusan dan sekelas. Plan lebih tua empat tahun dari Perth karena ia telat kuliah. Tapi mereka sudah dekat sejak kecil. Rumah mereka juga bertetangga.

Perth itu anaknya pemalu. Bertahun-tahun Plan mengenalnya. Ia sulit berbicara dengan orang baru. Sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru. Perth adalah sosok introvert. Tapi ia akan menunjukkan dirinya yang sesungguhnya jika sudah merasa nyaman, salah satunya di depan Plan.

Meskipun begitu, Perth adalah tipe yang jika sudah menginginkan sesuatu, ia harus mendapatkannya. Sisi introvertnya akan menghilang jika berhubungan dengan ambisinya.

"Mau sampe kapan ngeliatin Siwat begitu? Hari pertama kuliah malah dipake buat ngebucin."

Perth melirik Plan kesal dengan wajah cemberutnya.

"Aku duduk duluan di sini sambil nunggu Kak Plan eh Kak Siwat tiba-tiba muncul sama temen-temennya," bela Perth.

Plan menghiraukannya. "Ayo buru ke kelas! Bentar lagi masuk." kemudian ia berjalan duluan meninggalkan Perth.

Dengan terpaksa Perth berlari mengejar Plan. Walaupun beberapa saat ia terus-terusan menoleh ke belakang, melihat Mark Siwat.

.

.

"Serius deh Kak Plan, aku mau tanya." Kata Perth saat mereka sedang berjalan menuju gedung lima yang terletak di pojokan.

"Siwat udah punya pacar apa belom?" Tebak Plan dengan tepat. Sebenarnya Plan hanya mengulang pertanyaan Perth kemarin dan dua hari lalu.

"Beneran belom punya, Kak? Masa sih? Cowok manis ganteng cakep kayak gitu?"

"Mana aku tau?"

Plan tau ini kali pertama teman dekatnya itu terbuka soal orang yang disukainya. Ia tidak pernah cerita sebelumnya soal orang yang ia suka. Jadi Plan memaklumi sikap bucinnya dan reaksinya atas segala sesuatu. Tapi kadang bikin Plan yang memiliki tingkat kesabaran rendah itu kesal.

Sebuah ide muncul di kepala Perth.

"Kalo gitu, aku ajak pacaran aja kali ya."

Langkah Plan terhenti. "Gak usah aneh-aneh."

"Kok aneh?"

"Fokus aja belajar. Kuliah itu beda sama sekolah."

"Kak Siwat bisa jadi penyemangat aku buat belajar kok."

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang