Mark hampir melayangkan tangannya pada orang iseng yang baru saja meletakkan minuman kaleng dingin di pipinya. Tapi ia urungkan niat tersebut begitu melihat pelakunya.
Lelaki yang lebih muda ini belakangan sering membuat Mark tidak tenang. Setiap berhadapan dengannya jantung Mark berdegup lebih kencang, ada rasa menggelitik juga di perutnya. Kerap kali tingkahnya yang terlalu manis membuat pipinya merona merah.
"Buat Kak Siwat."
Mark menerima minuman kaleng dingin itu lalu mengucapkan terima kasih. Ia tersenyum dengan kebiasaan Perth yang masih ia lakukan sampai sekarangㅡ memberikan notes pada makanan atau minuman yang ia berikan.
"Aku perhatiin akhir-akhir ini Kak Siwat sibuk."
"Maklum udah mau deket-deket semester akhir. Kalo kamu udah terlambat kerja, duluan aja gak apa-apa. Nanti aku bisa minta anterin Blue pulang."
"Mana mungkin aku nyerahin Kak Siwat sama orang lain."
Mark melirik Perth yang duduk di depannya. "Tapi aku masih lama. Aku harus nyelesain laporan ini."
Perth tampak menimbang-nimbang. Akhirnya ia bangkit dari duduknya.
"Aku duluan ya Kak Siw. Semangat ngerjain tugasnya."
"Hm. Jangan ngebut."
Selepas Perth pergi, Mark menghela napas. Ia melihat ke arah Perth pergi dalam diam. Tidak munafik ada sedikit perasaan kecewa saat Perth memutuskan untuk pergi.
.
.
Malam itu kamar Mark mendadak jadi berantakan. Seluruh isi lemarinya ia keluarkan di atas kasur.
Tadi sore Perth mengirimkan pesan mau mengajaknya makan keluar nanti malam. Mark sudah bersiap-siap 3 jam sebelumnya. Ia sudah mandi dan seluruh tubuhnya sudah harum. Sekarang Mark bingung mau pakai baju apa. Sudah 1 jam ia kebingungan memilih baju padahal mereka hanya ingin makan di luar bukannya mau kencan. Buru-buru Mark menggelengkan kepalanya menepis kata 'kencan' tersebut.
Perth datang setengah jam lebih cepat. Kenapa semakin hari anak itu semakin terlihat tampan, pikir Mark.
Mereka pun berangkat menggunakan motor yang selalu Perth bawa. Mark mengerti kalau Perth ingin menunjukkan kalau ia bukan orang kaya seperti yang ia pikirkan.
Angin malam itu terasa begitu dingin. Mark memang tidak biasa keluar malam-malam begini.
Perth memerhatikan ekspresi muka Mark dari kaca spion sejak tadi. Ia pun memutuskan untuk meraih tangan Mark yang menggenggam hoodie-nya lalu membawa tangan tersebut ke dalam kantong depan hoodie-nya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Mark pun diam saja membiarkan Perth menarik tangannya. Terasa sedikit lebih hangat saat kedua tangannya berada dalam kantong hoodie Perth.
Tak lama mereka sampai di sebuah tempat makan pinggir jalan. Mereka sudah duduk berhadap-hadapan dan kini sedang menunggu pesanan mereka diantarkan.
"Aku suka makan di sini sama Mama. Tempat makan kesukaan kita kalo lagi pengen makan di luar."
"Ini tempat makan seafood yang waktu itu Mama kamu mau ajak aku?"
Perth mengangguk antusias. "Tempat makan ini buka dari sore sampe tengah malem."
Mark mengangguk paham. "Kamu kalo pulang kerja jam berapa?"
"Tergantung sih Kak. Kalo lagi rame tokonya bisa sampe malem banget. Tapi biasanya sih jam 8 udah selesai."
"Kamu baru pulang dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Siwat [PerthMark]
RomanceKata orang, kalau mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan usaha dan susah payah, maka kita akan menghargai dan menjaga apa yang kita dapat itu. Karena kita tau perjuangan buat ngedapetinnya. . Cerita tentang usaha Perth Tanapon untuk ngedapetin...