14. Prioritas

419 53 23
                                    

hallo~
sampe juga cerita ini di chapter terakhir. chapter kali ini sedikit lebih panjang dari sebelum-sebelumnya. so please bear with me~

selamat membaca!~ jangan lupa tinggalin jejak yaaaaa😉

.

.

.

.

.

Perth berjalan melewati banyaknya rak buku sambil celingukan. Tak ada di mana-mana. Wajah manis nan cantik yang ia rindukan tidak ada di manapun. Padahal ia ke sini karena arahan dari Gun. Tidak mungkin Gun mengerjainya, ia percaya Gun adalah yang paling baik padanya di antara ketiga teman dekat Mark.

Untung saja ia pantang menyerah, akhirnya matanya menangkap sosok manis itu duduk di antara banyaknya mahasiswa lain. Buru-buru ia hampiri. Begitu mata mereka bertemu, otomatis bibirnya merekahkan sebuah senyuman yang langsung mendapat balasan.

Perth tau kalau Mark sedang kerja kelompok bersama teman-teman sekelasnya jadi kali ini Perth datang membawa dua kotak donat yang sekiranya cukup untuk mereka. Tak lupa juga ia membawakan minuman supaya tidak seret.

Tangan Mark meraih ujung kemeja Perth lalu berbisik, "di perpus kan gak boleh bawa makanan, apalagi makan."

Perth langsung nyengir bodoh. "Aku lupa kalo di perpus gak boleh makan, jadi ini bisa dimakan nanti di luar ya Kakak-Kakak."

"Gak apa-apa. Kita bantu sembunyiin. Makasih ya!" Kata salah satu teman Mark.

"Nanti pasti kita makan." Sahut yang lainnya.

Perth bisa tersenyum lega.

"Perth," Perth menoleh pada Mark yang sedang duduk di sebelahnya. "Nanti kita gak pulang bareng ya. Aku masih harus selesain tugas kelompok ini."

"Sampe jam berapa Kak? Aku bisa nungguin kok."

"Gak usah. Kamu pulang duluan aja."

"Kak Siwat beneran?"

"Kali ini beneran serius. Aku nanti bisa pulang bareng temen yang searah."

Perth pun mengangguk pelan. Melihat ekspresi kecewa Perth, Mark meraih pelan tangannya untuk mengambil perhatian anak laki itu lagi. Begitu mata mereka bertemu, Mark memberikan senyumannya yang paling manis.

"Makasih ya makanan sama minumannya. Kalo masih mau ketemu, kamu boleh mampir ke rumah nanti malem."

Perth memain-mainkan jemari halus Mark sambil menimbang-nimbang.

"Aku gak capek kok. Dateng aja. Aku tunggu." Lanjut Mark yang mengerti keraguan Perth.

Setelahnya Perth pamit dan membiarkan Mark bersama temannya melanjutkan tugas mereka.

"Siapa yang tadi Mark?" Tanya salah satu dari mereka.

"Namanya Perth. Adik tingkat."

"Pacar kamu?"

Mark mengulum bibir bawahnya beberapa saat.

"Belum." Jawab Mark malu-malu.

.

.

"Bukannya kelakuan kalian udah kayak orang pacaran? Ngaku Mark, udah pacaran, kan?" Tuduh Title dengan mata memicing.

Mark cuma menggeleng sambil mengunyah donat yang tadi Perth bawakan. Teman kerja kelompoknya menyuruh Mark untuk menyimpan sekerdus donat lagi khusus untuknya. Tapi karena Mark tidak mungkin menghabiskan semua makanan manis itu sendirian, maka ia bawakan untuk teman-teman dekatnya.

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang