10. Ketemu

361 59 16
                                    

Perth sedang mengunyah sarapannya saat Mamanya datang ke meja makan menghampiri anak semata wayangnya. Wanita berambut lurus sebawah bahu itu sudah rapih membawa sebuah tas branded berwarna hitam di tangannya.

"Gak mau Ppe anter aja, Ma?"

Wanita tersebut tersenyum. Saat tangannya ingin mengusap kepala anaknya, ia urungkan niatnya tersebut karena melihat rambut anaknya sudah ditata dengan rapih. Anak kesayangannya ini sudah besar ternyata, batinnya.

"Mama berangkat sendiri aja."

Perth hanya mengangguk-angguk. "Hati-hati ya, Ma."

"Tapi nanti pulangnya bisa jemput Mama gak?"

"Jam berapa, Ma?"

"Sore. Nanti Mama kabarin lagi kalo bisa."

Perth tampak berpikir beberapa saat, mencoba mengingat-ingat jadwal kuliahnya. "Bisa, Ma. Nanti telpon Ppe aja, ya."

"Yaudah, Mama berangkat duluan, ya." Pamit wanita tersebut seraya mencium kening anak laki-lakinya.

"Ma,"

"Hm?"

"Nanti pas jemput Mama, Ppe ajak temen, ya?"

Wanita tersebut menatap dalam anaknya kemudian tersenyum sambil mengangguk.

.

.

"Pagi Kakak manis." Sapa Perth dengan senyum lebarnya saat Mark memasuki mobilnya.

"Panggilan baru lagi?"

"Kalo Kakak suka sih. Tapi aku sendiri sih lebih suka kalo manggil Kakak 'sayang'." Kata Perth sambil cengengesan yang langsung mendapat pukulan pelan di tangannya dari Mark.

Belakangan ini Perth sadar akan sesuatu, yaitu bagaimana Mark semakin terlihat nyaman berada di sekitarnya dan lebih terbuka. Kakak manisnya itu bahkan jadi senang menyentuhnya dengan berbagai hal, seperti memukulnya pelan atau mencubitnya gemas, menepuk pundaknya dan sebagainya. Perth tidak bisa untuk tidak senang. Ia sendiri ingin sekali membalas skinship dari Mark, tapi ia masih berusaha menjaga sikap dan ia juga tidak ingin membuat Mark tidak nyaman nantinya.

Mereka berdua pun akhirnya sampai di kampus. Mahasiswa lain sudah tidak asing dengan pemandangan Perth dan Mark yang datang bersama setiap paginya, bahkan teman-teman Mark. Kedua orang tersebut selalu asik dengan dunia mereka sendiri sampai dipisahkan oleh lokasi kelas yang berbeda.

Siang harinya juga Perth dan Mark selalu makan bersama, berdua. Entah kenapa tidak pernah ada yang mau duduk berdekatan dengan mereka di kantin walaupun ada tempat kosong. Seolah-olah ada tulisan tak terlihat yang berbunyi 'jangan ganggu'.

"Mark sekarang udah lupa sama kitaaaaa." Rengek Gun di sela-sela mata kuliah.

"Karena Perth udah ngambil temen kita, gimana kalo kita gantian ambil temennya Perth?" Tanya Title dengan ekspresi datarnya.

"Jangan pada ngawur kenapa sih." Protes Blue sambil menepuk jidatnya. Teman-temannya ini memang sangat unik.

"Tapi kita emang harus deket sama temennya Perth buat nyari tau soal Perth." Kata Gun tiba-tiba.

Title mengangguk setuju.

"Ayo, Tle! Kita cari tau temennya Perth!" Ajak Gun semangat sudah bersiap pergi.

"Mau ke mana sih? Bentar lagi matkul selanjutnya mulai nih." Cegah Blue.

"Mark aja gak ada. Kita harus cari tau juga di mana Mark. Anak itu gak pernah bolos kelas sebelumnya. Sekarang dia jadi hobi bolos-bolos gini." Kata Gun lagi.

Kak Siwat [PerthMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang