CHAPTER 04

2.9K 196 53
                                    

REVISI
_______

Rimuru tiada henti untuk terus menggeliat, beteriak dan menangis di lantai taman itu, merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa, rasa sakit yang jauh berbeda dari sebelumnya saat menelan veldora dulu.

Rasa sakit yang saat ini Rimuru rasakan benar-benar sudah tak dapat diartikan dalam kata-kata lagi, Rimuru bahkan benar-benar ingin menyerah saat itu juga, seakan merasa gila, sudah tak dapat berfikir jernih, tak ada yang menolong karena memang tak ada siapapun disana.

'Apa ini?.. apakah aku akan mati?.. apakah ini rasanya sebuah kematian?.. jika memang iya, cepatlah.. aku sudah tak tahan dengan penderitaan dan rasa sakit ini.. Ciel.. Ciel.. jawab aku Ciel...'

Batin Rimuru menangis dan berteriak sejadi-jadinya karena penderitaanya saat ini, tak ada respon apapun bahkan dari pasangannya Ciel, tak tahu apa yang menimpa dirinya.

Perlahan sebuah kabut merah muda keluar dari tubuh Rimuru yang di sertai rantai berwarna emas keperakan yang mengkilau, rantai itu seketika melilit tubuhnya yang rapuh, Rimuru hanya pasrah karena rasa sakit yang dia rasakan masih tetap ada, bahkan Rimuru tak menyadari tubuhnya yang sudah terlilit rantai yang juga mengeluarkan kabut merah muda itu.

Hingga terdengar kembali suara gadis itu di kepala Rimuru yang kemudian menyadarkannya dari rasa sakit dan kegilaan yang Rimuru alami saat ini.

"Kamu akan baik-baik saja, percayalah, cobalah untuk menahan rasa sakitmu jika kamu menginginkan sesuatu yang kamu inginkan capai itu" ujar suara gadis itu.

Ketika suara itu hilang, rasa sakit yang Rimuru rasakan perlahan juga ikut menghilang dari tubuhnya, rantai yang melilit Rimuru perlahan berubah menjadi sebuah telur, membungkus tubuh Rimuru di dalamnya, perlahan sebuah cahaya terang juga muncul.

Ketika cahaya itu memudar, kabut yang tadi keluar dari tubuh Rimuru perlahan masuk ke dalam telur itu, setelah beberapa saat dalam prosesnya, telur itu mulai retak dan perlahan mulai melebar, dengan suara retakan yang mirip dengan pecahan gelas.

Semakin lama retakan di telur semakin merambat yang akhirnya telur itu pecah seutuhnya, Tubuh Rimuru muncul dari dalamnya dan melayang di udara masih di balut dengan sebuah sinar putih pada seluruh tubuhnya namun tidak seterang sebelumnya.

Daratan yang sebelumnya hanya padang rumput kini mulai menghilang, bahkan taman yang dimana saat ini Rimuru berada pun juga mulai menghilang, lalu terdengar suara dentungan yang cukup keras di langit, membuat langit retak lalu runtuh menjadi serpihan kaca.

Tak ada yang tahu apa yang terjadi, namun yang pasti, daratan tadi kini semuanya menghilang digantikan denga dunia yang hanya berwarna putihnya seluruhnya.

[Selamat, Evolusi anda telah berhasil Master]

*DING..*

Dentuman keras kembali terdengar, Rimuru pun perlahan membuka matanya..

------

Di Tempest semua warga monster dalam keadaan tidak terkendali, Kecemasan terbalut dalam setiap diri mereka masing-masing, teruma para bawahan Rimuru.

Mereka adalah yang paling panik di antara yang lainnya, setelah kepergian Rimuru untuk evolusi, Rimuru mengatakan dia akan pergi selama sekitar satu tahun, namun sudah satu tahun lebih Rimuru belum juga kembali.

BUTTERFLIES | TENSURA FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang