*****
"Ibu, apa yang harus aku lakukan?" Livy menggenggam erat jemari ibunya, tidak ada sahutan apapun kecuali suara mesin EKG yang terdengar di ruangan kecil itu.
Ya, sudah beberapa minggu sejak ibu Livy terbaring di rumah sakit akibat kesehatannya menurun. Belum lagi, Livy harus bekerja di banyak tempat demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya. Sekarang ia mengerti, hidup miskin tidaklah mudah. Selain di pandang sebelah mata, ia juga harus bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Memikirkan apa yang akan dimakan besok dan hari-hari yang akan datang, semuanya harus Livy tanggung seorang diri.
"Kapan Ibu akan sadar? Aku merindukan pelukan ibu, masakan ibu, semuanya..." Livy kembali mengingat momen dimana ia dan ibunya dulu, membuat air matanya menetes tanpa bisa ditahan.
"Aku pulang!" Livy masuk ke rumah sambil membawa dua kantong kecil, ia melihat ibunya sedang terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya.
"Putri ibu pasti lelah, ibu akan masak-"
"Tidak perlu memasak, Bu. Aku sudah membeli makanan untuk kita berdua, sebungkus berdua tidak apa 'kan?"
Lauren menatap putrinya tidak percaya, "Darimana kau mendapat uang untuk membeli ini?"
Livy menunduk, ia yakin ibunya akan sangat marah jika mengetahui yang sebenarnya.
"A-aku bekerja paruh waktu."
Lauren bangun seketika, ia memeluk Livy sangat erat.
"Mengapa kau lakukan itu? Ibu masih sanggup untuk bekerja, seharusnya kau fokus saja bersekolah agar cita-citamu tercapai."
"Aku tidak mungkin hanya berdiam diri melihat Ibu sedang sakit, hanya Ibu yang aku miliki sekarang." Livy menangis, perjuangan ibunya sangat besar hingga ia bisa tumbuh dengan baik selama ini. Baginya, tidak ada yang lebih penting selain melihat ibunya tersenyum bahagia.
"Maaf karena sudah membuatmu hidup susah bersama ibu. Tinggal di rumah kecil ini pasti membuatmu tidak nyaman, bahkan untuk membeli kipas angin belum bisa ibu lakukan."
Livy menggenggam tangan ibunya, "Jangan mengatakan hal itu, panas sekalipun tidak akan berpengaruh selama aku bersama Ibu."
"Ibu beruntung memiliki anak sepertimu."
"Aku jauh lebih beruntung bisa lahir sebagai anak Ibu."
Mereka tersenyum, berbagi suka dan duka bersama membuat Livy sadar pentingnya saling menyayangi satu sama lain. Tidak peduli seberapa keras kehidupan, asal bersama orang yang kita sayangi maka semuanya akan baik-baik saja.
Flashback off
Livy mencium punggung tangan ibunya, "Aku akan lebih sering mengunjungi Ibu, cepatlah bangun agar kita bisa kembali seperti dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (END)
ChickLitIa benci menjadi biasa saja, kesempurnaan merupakan hal yang sangat ia sukai. Baginya, kegagalan tidak akan pernah ada dalam kehidupannya. *** Kimberly Watson, gadis yang sangat berambisi agar segala tujuannya tercapai. Hidupnya yang dipenuhi kemewa...