*****
Breakfast pagi ini cukuplah mencekam bagi William, pasalnya sejak tadi yang ia lihat hanyalah wajah dingin Kim dan Livy yang terus saja menunduk. Ia merasa sedang sarapan ditemani oleh patung.
William bukannya tidak tahu apa yang terjadi semalam, ia sudah mendengarnya dari salah satu pelayan. Tidak ada yang bisa dilakukannya, karena dengan menjadi penengah justru akan semakin memperkeruh hubungan antara Kim dan Livy. Itu sebabnya William bersikap seolah tidak mengetahui apapun.
"Hari ini porsi makananmu lebih sedikit dari biasanya, Kim." William membuka obrolan.
"Aku ada pemotretan dengan pakaian yang terbuka, tubuhku harus tetap terjaga." balas Kim tanpa menatap William, ia sibuk dengan sepotong roti di piringnya.
Tidak ada obrolan lain, ketika Livy akhirnya membuka suara.
"Apa Ayah membutuhkan sesuatu yang lain?" tanyanya.
"Tidak, hanya saja setelah ini Ayah akan kembali bekerja."
Mendengar itu sontak Kim menghempas sendok dan pisaunya, tatapannya lurus tepat dengan iris coklat milik William.
"Bisakah sehari saja Ayah tidak lebih mementingkan pekerjaan? Kesehatan Ayah jauh lebih penting!" Kim meninggikan suaranya.
"Kim-"
"Diam kau! Aku sedang bicara dengan Ayahku."
Alih-alih bersedih, William justru mengembangkan senyumnya.
"Ayah senang kalau kau khawatir, selama ini yang Ayah lihat hanyalah sikap acuh darimu. Dan semua itu atas kesalahan yang Ayah perbuat."
Mendengar itu, Kimberly tidak menjawab apapun.
"Mulai saat ini, aku akan menggantikan posisi Ayah sementara di kantor. Dengan begitu, fokuslah pada kesehatan Ayah." finalnya, Kim mengambil keputusan yang seharusnya masih beberapa tahun lagi ia putuskan.
"Kau yakin?"
Kim mengangguk.
"Kalau begitu ajaklah Livy bergabung, Ayah yakin kalian bisa bekerja sama dengan baik."
"Apa?"
Kim menatap tidak percaya, sementara Livy masih kaget dengan ucapan tiba-tiba William.
Tidak mau mendengar penolakan, William segera bangkit di bantu oleh pelayan untuk segera ke kamar. Menurutnya lebih baik menghindar lebih dulu daripada harus kembali mendengar pertengkaran di pagi hari.
"Jika kau memang tidak mau bekerja satu kantor denganku, tidak apa-apa."
"Jangan munafik. Aku yakin kau sengaja agar Ayah memihakmu. Aku sudah tahu seperti apa dirimu." Kim melayangkan tatapan tidak sukanya, sebelum meninggalkan meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (END)
Chick-LitIa benci menjadi biasa saja, kesempurnaan merupakan hal yang sangat ia sukai. Baginya, kegagalan tidak akan pernah ada dalam kehidupannya. *** Kimberly Watson, gadis yang sangat berambisi agar segala tujuannya tercapai. Hidupnya yang dipenuhi kemewa...