Aku adalah orang yang akan selalu menjaga indahnya kisah kita, walaupun pelangi tidak akan selamanya ada.
-Jayden.***
Mungkin kalian pernah mendengar lagu aku pasti kembali yang dinyanyikan oleh pasto. Iya, mungkin lagu itu cocok untuk backsound nya Wildan dan Kiran saat ini. Kedua anak muda ini saling berhadapan dan tidak banyak bicara, membuat Tara dan Yayan berdecih melihat keduanya yang terlalu menggemaskan sampai ingin mencubit usus dua belasnya.
"Aku pamit ya?" Gadis itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Sudah nggak terhitung kamu bilang itu dari tadi tapi nggak berangkat-berangkat juga." Kekeh nya dan diikuti oleh Wildan.
Iya, Wildan sudah terhitung lima kali bilang pamit. Tapi, pria itu tidak beranjak barang sedikitpun dari hadapan Kiran, gadis cantik teman masa kecilnya yang hobi main jambak-jambakan. Gadis itu menunduk, ia hanya bisa menendang kecil kerikil didekat kaki kanannya lalu kemudian menatap Wildan lagi dan tersenyum.
"Sudah save nomor aku kan?"
"Iya."
"Beneran sudah kan?"
"Iya..." Gemas rasanya Kiran pada Wildan. Gadis itu hampir berdecak kalau saja ia lupa bahwa lelaki dihadapannya ini adalah orang yang Kiran tunggu-tunggu setiap harinya.
"Wildan ayo cepet ah!" Bukan orang tua nya Wildan, melainkan Tara yang sangat gemas pada Wildan karena mereka hampir setengah jam menunggu Wildan yang bercengkrama dengan gadis itu.
Kiran hanya tersenyum saat mendapati Wildan yang berdecak sebal kepada sepupunya itu. Gadis itu menggedikan dagunya sebagai tanda bahwa Wildan memang harus benar-benar pergi sekarang. Ia juga merasa tidak enak kalau orang tua Wildan menunggu terlalu lama.
"Aku beneran pamit ya.. Jangan lupa hubungin aku duluan, soalnya aku yang kasih nomor aku ke kamu duluan. Jadi aku nggak punya nomor kamu." Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.
"Kamu hati-hati ya." Pria itu juga mengangguk dan tersenyum. Tangannya terulur untuk menepuk kepala Kiran sekali dan itu mampu membuat Kiran kaget tapi hanya sejenak karena gadis itu kembali tersenyum.
Wildan akhirnya benar-benar pergi sekarang, meninggalkan komplek tersayang yang penuh kenangan untuk kembali ketempat perantauannya. Pria itu terus tersenyum sambil melihat jalanan pagi yang masih lengang- belum terlalu padat.
"Anak kita sudah besar ya pak?" Ledek sang ibu dan di angguki oleh bapak Tunggal.
"Iya bu, harus nabung ini dari sekarang kaya nya." Keduanya pun terkekeh geli.
"Apa sih pak, bu. Wildan sama Kirannya cuman temen. Nggak lebih."
"Kalau lebih juga nda pa-pa, toh le." Pria itu hanya mendengus saja walaupun dalam hatinya senang karena dapat lampu hijau dari orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Besar Singgih | NCT OT23 ✅ [END]
Fanfiction❗SUDAH TAMAT❗ Mbah Singgih pernah bilang "Janganlah sampai kita melupakan Allah di kala kita senang, maka di waktu sulitmu Allah akan mempermudah jalannya." Nasehat mbah Singgih yang selalu mengisi hari-hari keluarga besar Singgih dan akan selalu t...