Hari itu adalah hari terakhir aku ganggu hidup kamu.
-Hafa***
"Kita udahan ya." Waktu itu kata-kata Hafa sangat pelan ia ucapkan hampir tidak terdengar. Namun pendengaran Aksara yang lumayan tajam mampu membuatnya mengkerutkan keningnya akibat heran.
Satu tahun lima bulan hubungan terjalin tidak sempurna dari awal. Hafa akui akan hal itu. Aksara bukan laki-laki yang mudah ia taklukan. Aksara bukan laki-laki yang berhati lembut. Ia dingin, sangat cuek hingga tidak perduli apa yang terjadi pada Hafa. Gadis itu teringat akan ucapan Adli beberapa waktu lalu tentang-
"Percaya sama gue... Aksara itu cuman jadiin lo seba-"
"Aku tahu tenang aja." Hafa waktu itu sengaja memotong pembicaraan Adli tentang Aksara. Ia tahu segalanya sebelum Adli yang bilang tentang sebuah taruhan yang Aksara lakukan dengan teman-temannya.
Gadis itu mengusap keningnya. Rasanya berat jika mengingat kejadian waktu itu saat ia memutuskan hubungannya dengan Aksara setelah adegan silahturahmi bibir terjadi. Bisa-bisanya Hafa terbuai akan perlakuan Aksara waktu itu. Bisa-bisanya juga ia baru tersadar tentang dunia setelah kejadian itu selesai terjadi.
"Kenapa?" Suara serak pria itu selalu ia dengar dengan jelas saat ia mengingat tentang kejadian putusnya dengan Aksara.
"Kenapa putus?"
Sekali lagi suara itu terus terngiang di telinga nya. Entah kenapa ia merasa pertanyaan Aksara membuatnya tersiksa. Entah kenapa pertanyaan Aksara terasa semenyakitkan ini didengar. Dan entah kenapa suara Aksara terdengar seperti orang menderita saat ia mengucapkan kaliat tersebut.
"Sudah... Sudah... Nggak usah diingat." Zova menepuk pelan pundak Hafa yang sedang melamun.
Zova tahu, Hafa sangat susah untuk melupakan Aksara. Zova tahu bagaimana perjuangan Hafa untuk bertahan pada Aksara yang selalu mengacuhkannya. Ketiga teman Hafa yang saat ini bersamanya juga mengangguk setuju pada Zova -senior mereka- yang sedang menghibur Hafa.
Bukannya Hafa tidak mau melupakan Aksara. Hanya saja, saat ini pria itu berada di seberangnya tepat dihadapannya dengan seorang wanita yang ia tahu itu adalah gadis yang mengincar Aksara sedari dulu. Mereka berdua duduk berpandangan sambil bercengkrama dengan wajah yang cerah. Ada Zayyan disana dan juga Adli selaku teman mereka berdua. Zova lebih memilih menghibur Hafa dibandingkan ikut menimbrung disana.
Perkara ingin mengerjakan tugas kelompok bersama ketiga temannya ini seketika berantakan akibat Aksara yang entah sengaja atau tidak duduk manis dengan seorang gadis dihadapannya.
Aksara memang suka bercanda.
Hafa menghela nafas gusar sambil melangkahkan kakinya pelan menyusuri halaman kampus. Rasanya, kepalanya hampir ingin meledak sekarang akibat ia terus memikirkan Aksara. Walaupun ia tahu, Aksara tidak pernah memikirkannya sama sekali. Sehari setelah kata putus itu, tidak ada rasa bersalah di wajah pria itu sama sekali. Gadis itu mendengus sinis jika mengingat kejadian kemaren sore sehabis mata kuliah terakhir dibubarkan.
"Kemana?" Tanya Adli sambil memegang lengan Hafa saat ia melihat Hafa dari jauh sedang berjalan sambil menunduk serta melamun.
Gadis itu mendongak sedikit, menatap pria itu yang sudah pasti ia merasa khawatir.
"Mau pulang." Jawabnya sambil tersenyum.
Terdengar Adli hanya menghembuskan nafasnya. Entah apa yang Adli pikirkan saat ini, tapi dari raut wajahnya ia merasa khawatir pada Hafa.
"Gue antar ya?"
Reflek Hafa menggeleng untuk menolak tawaran Adli, lalu perlahan ia melepas pegangan tangan pria itu pada lengannya. Gadis itu menatap sekeliling, kalau-kalau ada yang melihat curiga antara mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Besar Singgih | NCT OT23 ✅ [END]
Fanfiction❗SUDAH TAMAT❗ Mbah Singgih pernah bilang "Janganlah sampai kita melupakan Allah di kala kita senang, maka di waktu sulitmu Allah akan mempermudah jalannya." Nasehat mbah Singgih yang selalu mengisi hari-hari keluarga besar Singgih dan akan selalu t...