❗SUDAH TAMAT❗
Mbah Singgih pernah bilang "Janganlah sampai kita melupakan Allah di kala kita senang, maka di waktu sulitmu Allah akan mempermudah jalannya."
Nasehat mbah Singgih yang selalu mengisi hari-hari keluarga besar Singgih dan akan selalu t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Katanya menjadi dewasa itu tidaklah mudah. Tapi... Ya emang benar sih. It's about the time To mature." -Marchell
***
Jam jadul berdentang sebanyak tiga kali. Itu tandanya pukul tiga sore sekarang, namun Lutfian tidak kembali dari acara jajan di Alfamart. Marchel sanksi kalau pria itu tersesat atau mungkin matanya terkena umpan barang-barang menggiurkan di dalam Alfamart tersebut.
"Si Lutfi nggak mungkin tersesat kan ya?" Tanya Marchel yang sibuk mencuci buah apel untuk ia kupas kulitnya dan dimakan bersama Jayden ditemani dengan bakwan jagung penuh sholawat dari bukdhe Ratna alias bakwan jagung hampir gosong.
Tidak lama setelah Marchel bertanya tentang hal itu, Lutfian pun datang dengan membawa sekresek bertuliskan alfamart dan meletakkan dimeja makan dekat dengan Jayden. Pria itu duduk disamping Jayden, menegak habis air mineral yang tersedia diatas meja sadari tadi.
Marchel dan Jayden hanya saling berpandangan satu sama lain melihat tingkah Lutfian yang sedikit aneh.
"Kenapa lo?"
"Ha? Enggak." Lutfian menggelengkan kepalanya lalubkemudian cengengesan seperti biasanya. "Capek aja ngayuh sepeda." Ujarnya kemduian.
Ketiganya sama-sama terdiam dan sibuk dengan kediatan masing-masing. Jayden sibuk mengunyah bakwan jagung yang kebanyakan sholawatan itu, Marchel yang sibuk mencuci piring dan gelas yang menumpuk dari semalam sisa makan malam bersama dan Lutfian yang sibuk melamun.
"Mas."
"Hm?"
"Pernah ngerasa kangen mama nya mas nggak?" Jayden menghentikan aktivitas mengunyahnya dan menoleh kearah Lutfian dengan wajah yang penuh tanya.
"Nanya doang Lutfian mah!" Serunya tidak terima saat Jayden dan Marchel menatapnya lama dan itu membuat pria penuh canda tawa itu risih.
"Ya... Pasti. Siapa yang nggak kangen mama? Walaupun mas ditinggal pergi selamanya saat mas masih kecil."
Jayden melirik Lutfian yang menunduk sambil memainkan tutup botol teh pucuk yang baru ia beli tadi di alfamart.
"Dan itu juga berlaku buat kamu kan?"
Lutfian menoleh menatap Jayden, pria itu terdiam sejenak lalu mengangguk samar. Jayden tahu apa yang ada dipikirkan oleh anak itu. Ia pasti merindukan ibunya walaupun wanita itu meninggalkan nya dan papi demi pria lain.
"Pasti ada sesuatu yang pengen kamu sampaikan." Jayden menyipitkan matanya menatap Lutfian. Mencari tahu apa yang salah dari anak itu.
Hingga saat Lutfian mengeluarkan selembar foto kecil berukuran empat kali enam dari dalam dompetnya. Sosok wanita yang tidak asing untuk Jayden. Sosok wanita yang meninggalkan Jayden untuk kedua kali nya dan sosok wanita yang melahirkan Lutfian dan juga meninggalkan Lutfian kecil. Sekali lagi, demi pria lain.