2. Keluarga Besar Singgih - dua

1.4K 173 13
                                    

***

Siapa bilang cerita keluarga besar Singgih berakhir di keluarga Ubi Budiono dan Ami Ningsih? Jelas saja cerita ini nggak akan habis nya kalau kita teruskan terus-menerus. Sebenarnya sih seru menceritakan keluarga besar ini, cuman yah... Kan kepanjangan juga ngebosenin karena nggak akan jauh-jauh dari kelakuan Haris yang biadab itu.

Abdullah nama ayahnya, Aminah ibundanya- eh, hayo ngaku siapa yang baca pakai nada. Bukan, ini bukan kisah sang Rosul. Ini kisah tentang keluarga Singgih, kebetulan nama anak ke-empat Mbah Singgih itu Abdullah, tapi sayangnya nama istrinya bukan Aminah tapi Ningsih. Keluarga keturunan Jogja-Bandung ini punya empat anak yang ganteng. Yang mana Yudha anak pertama masih mencari jati diri di kampus nya, Dendra dan Hendri kelas tiga SMA mau ujian dan si bontot Satrio juga kelas tiga SMP dan mau ujian.

Pasti bingungkan kenapa tiba-tiba Dendra dan Hendri sama-sama kelas tiga SMA? Iya, ini ajaran dari Mbah Singgih, cape ngurus anak yang lahirnya rapat terus diurus satu-satunya mending di samain aja. Ada juga Marchel dan Lutfian padahal beda setahun juga mereka, terus ada Chakra dan Jidan yang juga beda setahun tapi dibuat satu angkatan juga. Padahal kalau di pikir-pikir, sama saja sih. Sama-sama keluar uang dobel.

"SIAPA YANG HABISIN KUOTA MAS!?" Masih pagi, Yudha sudah berteriak. Suaranya menggelegar diseluruh ruangan membuat Dendra terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya akibat keselek cabe. Iya, Dendra hobi makan makanan pedas.

"Mampus aing." Umpatnya pelan. Pria beralis tebal itu hanya memejamkan matanya masih sambil menahan rasa sakit ditenggorokannya akibat keselek tadi.

"Dendra mas." Adu si Hendri sambil cengar-cengir kaya keledai.

"DENDRA!" Teriak Yudha lagi sampai-sampai tetangga sebelah ikut kaget karena suara Yudha senyaring itu.

"Iya ampun mas- aduhh!" Dendra dan segala rengekannya saat telinganya dijewer Yudha. Kebetulan Yudha mas yang paling serem kata Dendra dan Hendri. Bahkan lebih seram dari pada kumis pak Slamet. Nggak tahu kenapa mas Yudha ini hobinya ngomel mulu. Padahal Baba Abdullah sama Nana Ningsih bukan tipe manusia yang nggak suka ngomel dan jewer anaknya, ada sih sesekali karena sering jahilin Satrio si bontot.

Bahkan Hendri pernah mengira kalau mas Yudha itu anaknya Pakde Arwan karena beliau hobinya ngomel. Ya si Haris sih yang sering di omelin. Tapi tetap saja, tabiatnya mirip Pakde Arwan. Atau mungkin mas Yudha ini anaknya pak Slamet ya? Ah entahlah.

"Ampun mas.. Kan lagian siapa suruh hotspot selulernya nggak di gembok." Ujar Dendra sambil meringis karena tangan Yudha masih menjewer telinga Dendra.

"Mas ojo galak-galak toh, nanti cepet tua." Sembur Hendri dan dapat pelototan dari mas Yudha. Itu berhasil membuat Hendri kicep dan lanjutkan makanannya lagi.

"Yudha, sudah sudah. Nanti nana belikan." Lerai sang nana Ningsih yang cantik dengan suara lembutnya. "Tapi lanjut skripsian dulu." Lanjutnya dengan wajah datar.

Ucapan nana Ningsih mampu membuat semuanya ketawa apalagi Satrio yang masih anteng dengan susu kotak rasa Taro itu. "Yah.. Nana mah, masih sibuk sama BEM."

"Yo Sampe kapan? Sampe dunia kiamat?" Sang baba enteng sambil minum kopi susu jahe buatan nana.

"Ya nda gitu lah ba, masih ada waktu kok. Lagian kan Yudha sudah garap skripsi nya."

"Garap naon? Masih sampai judul kan? Pendahuluan aja belum kamu ketik." Sinis sang bunda sambil ngemil kerupuk. "Cape bunda bayarin SPP kamu terus." Dengan logat Sunda yang khas. Mas Yudha cuman menunduk mainin sendok digelas kopinya.

"Mas Yudha jelek banget!" Celetuk Satrio sambil ketawa.

"Berisik kamu!" Bukan Satrio namanya kalau nggak usil. Satrio beda dari Hendri dan Dendra yang suka takut sama mas Yudha, si Satrio bakalan makin happy kalau mas Yudha sudah misuh-misuh nggak jelas dan makin happy nya Satrio lagi, mas Yudha nggak akan mau sakitin Satrio kaya mas Dendra atau mas Hendri. Jelas Satrio kan anak kecintaan keluarga Abdullah Singgih.

Keluarga Besar Singgih | NCT OT23 ✅ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang