❗SUDAH TAMAT❗
Mbah Singgih pernah bilang "Janganlah sampai kita melupakan Allah di kala kita senang, maka di waktu sulitmu Allah akan mempermudah jalannya."
Nasehat mbah Singgih yang selalu mengisi hari-hari keluarga besar Singgih dan akan selalu t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Rasa paling terkampang yang pernah saya rasakan adalah rasa ketika para awewe ateul godain saya!"
***
"Semangat senam nya mas-mas ganteng!" Ketika Janda anak satu sampai anak empat berulah. Mereka sedang meneriaki cucu-cucu keluarga Singgih yang lagi senam. Cucu-cucu Singgih ini sedikit sanksi jika para janda ateul ini akan menyosor mereka seketika itu saja.
Kebetulan Hari sabtu sampai minggu kebetulan yang kerja juga libur. Jadi orang-orang komplek ini sedang bergotong royong sesuai dengan ide mbah kakung yang luar biasa ini.
Idenya mbah Kakung! Percayalah.
Tama sudah mencak-mencak karena pengen tiduran dirumah tapi malah disuruh ikut juga gotong royongnya. Padahal pengen banget ia sama Hafa mencoba masker variant baru dan meminum teh mawar sebagai relaksasi di hari yang libur dan cerah ini. Namun, gagal seketika, kala pak RT datang kerumah masing-masing orang buat menyampaikan pengumuman kalau dihari sabtu dan minggu akan ada gotong royong bersama di komplek ini.
"Kampang memang!" Entah kata dari mana yang Tama sebutkan itu? Tapi yang jelas, ini pertama kali nya dia mengomel dengan bahasa kasar. Ditambah lagi ada sosok janda ateul ini sedang lirik-lirik mesum padanya. Rasa ingin menampar wajahnya semakin nyata adanya. Tapi, masa pria sejati yang hobinya maskeran pakai sheetmask variant stroberi lawannya janda ateul? Tidak sepadan lah itu namanya. Tama menganggap dirinya adalah pria berderajat paling tinggi dibandingkan para janda ateul di komplek ini.
Kalau saja mbah kakung tidak sok ide, Dendra sudah ingin sekali pergi untuk ngapelin mba pacarnya dan mengajak keliling kota dengan motor matic nya berwarna merah itu, tapi gagal juga. Akhirnya dia cuman pasang wajah masam sambil menggerakan tubuhnya dengan malas.
"Malas banget ya Allah."
Berbeda dengan Haris dan Hendri yang semangat buat ikut senam pagi bersama bapak-bapak komplek ini. "Semangat om slamet! Aku padamu!" Sorak Haris saat pak Slamet jadi instruktur senam. Kalau saja pak Slamet bukan instruktur senam, sudah ia tempeleng itu Haris.
"Iya om Slamet! Anda adalah panutanku!" Teriak Hendri tidak kalah kencangnya.
"Fighting haeyadwe!" Suara Lutfian menggelegar. Pria itu mengepalkan tangan kanannya di udara tanda untuk yang lain agar lebih semangat.
Marchel dan Chakra cuman ketawa doang sambil ikut senam. Mereka berdua walaupun suasana hati sedang buruk akibat bangun kepagian. Saat melihat Haris, Hendri dan Lutfian dengan semangatnya juga ikut terpancing akan semangat mereka bertiga. Wildan cuman busa pasrah dan geleng-geleng saja akibat ulah sepupu-sepupunya itu. Luar biasa memang.
"Mas Dhanan!!!"
"Mas Jonny..."
Kalau bisa nama cucu mbah Singgih dipanggil satu-satu sama tuh Janda bakalan mereka panggil terus kayanya. Dhanan hanya mengeratkan giginya dan memasang wajah datarnya agar tidak pasang wajah julidnya. Berbeda dengan Revan yang mengomel sepanjangan acara senam-senam itu.