03. Pergi Selamanya

32 15 7
                                    

Suasana mencekam sangat terasa di luar ruangan UGD saat ini. Tadi, Jannah pingsan di taman belakang sekolah, membuat Mulky panik setengah mati. Ia langsung menggendong tubuh Jannah yang sudah mulai lemas. Arya yang tadi baru saja datang juga merasakan kaget yang sama, melihat wanita yang dulu selalu menemaniya sudah lemas. Segera ia membantu Mulky menggendong Jannah dan memasukkannya kedalam mobil mewah berwarna silver milik Arya.

Mulky duduk termenung di kursi tunggu paling pojok didepan UGD. Air matanya tanpa izin langsung luluh begitu saja dari pipinya. Sedangkan Arya hanya duduk diam, tak seperti Alma yang sibuk dengan instastory instagramnya.

"Ini semua terjadi karena kalian! Terutama kamu, wanita jahat!" ujar Mulky melampiaskan berbagai amarahnya.

"Sudah kubilang! Jangan kasih tahu Bunda, tapi dengan gampangnya kau membeberkan semuanya didepan bunda, dimana letak otak anda HAH!. Wanita tak punya hati, apa belum cukup anda renggut kebahagian saya, sehingga kamu mau merenggut ibu saya juga?!"

"Mulky! Tahan emosi kamu! Ini rumah sakit, kamu bisa mengganggu pasien lain disini," ujar Arya.

"Dan untuk kamu! Seorang pria yang meninggalkan anak dan istrinya demi wanita simpanan. Apa aku masih pantas memangguilmu dengan sebutan Ayah?. Dari semua kesalahan yang saya perbuat, ini adalah kesalahan saya yang paling fatal, yaitu meminta bantuan iblis seperti anda!"

Plak

Tamparan keras berhasil mendarat dengan kasar di pipi mulus Mulky.

"Ayah memang salah! Namun, seperti itukah perlakuanmu pada ayah kandung mu? Dan ya, ayah memilih Alma dibanding kalian, ternyata ayah tak salah pilih." Arya menggandeng tangan Alma untuk segera peregi meninggalkan ruangan itu.

Alma menurut, setelah berjalan beberapa langkah, ia kembali menoleh dan memperlihatkan ekspresi kemenangan kepada Mulky.

"AKHHHHHH"

***

2 jam lebih berlalu, Jannah masih stay memejamkan matanya, membuat Mulky dihantui rasa bersalah kepada Jannah.

"Bangun dong Bun, Mulky minta maaf, selama ini Mulky selalu bohong sama Bunda, Mulky nggak mau Bunda kenapa-napa. Please bun, ayo bangun," ujar Mulky dengan sekali-kali menggosok gosok matanya yang kini udah mulai memerah karena tangisan.

Tanpa sadar, jari telunjuk Jannah mulai bergerak, mengisyaratkan bahwa dirinya telah sadar. Mata Jannah mulai membuka perlahan, pemandangan yang pertama ia lihat adalah putra kesayangannya yang kini sedang menangis.

"Bunda bangun..., maafin Mulky," ujar Mulky yang masih belum sadar, bahwa ibunya telah membuka mata.

"Mulky...," ujar Jannah dengan nada lemah.

Mulky kaget, seketika ia membuka matanya. Tanpa basa-basi, Mulky langsung memeluk Jannah yang masih terbaring lemah di brankar rumah sakit.

"Bunda hiks... maafin Mulky...Mulky banyak salah sama Bunda." Mulky melepas pelukan itu dn kembali duduk disamping tempat tidur ibunya.

Jannah tersenyum manis dan berkata, "Iya, bunda maafin kok, tapi kamu harus janji sama bunda agar jadi manusia yang lebih baik lagi."

Mulky mengangguk ragu untuk menjawab permintaan ibunya.

"Bunda boleh minta sesuatu?" Tanya Jnnah dan langsung diangguki cepat oleh Mulky.

"Apapun yang Bunda mau, pasti Mulky turutin. Bunda mau buah? Apa jus jambu favorite bunda?"

Jannah menggeleng dan berkata, "Bunda punya temen, dia punya pesantren namanya Darul Ulum, nggak begitu jauh kok, paling dari sini kesana 2 jam."

"Terus? Hubungannya sama permintaan Bunda apa?" Tanya Mulky yang masih belum mengerti.

Xavier MulkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang