Setelah mendengar panggilan dari salah satu Ustadz, Mulky pun langsung segera berjalan menuju ndalem Kiyai.
Saat di perjalanan, Mulky tak henti-hentinya mengusap-usap perutnya. Seperti seorang majikan menenangkan peliharaannya.
Langkah kakinya pun berhenti didepan sebuah rumah sederhana di ujung Pondok Putra Darul Ulum.
Mulky pun melepas sandal swalownya. Mengingat saat ia pertama kali masuk kesini tanpa melepas alas kakinya. Alhasil, ia mendapat sedikit teguran dari Santri yang lain.
"Assalamualaikum!" ujar Mulky sedikit pelan didepan pintu utama ndalem Kiyai.
Ya, walaupun Mulky adalah seorang akhlakless, namun ia masih mengetahui beberapa tata krama. Terbukti, Mulky tak pernah Chat seseorang dengan awalan 'P'."Waalaikumsalam. Masuk Ky!" Kiyai menutup Kitab dan meletakannya di nakas samping sofa. "Duduk dulu sini!" Sang Kiyai berkata seraya menepuk-nepuk sofa kosong disampingnya.
Dengan senang hati, Mulky langsung duduk disana. Tak lupa, sebelumnya ia juga mencium tangan sang Kiyai.
"Ada apa ya Yi?" tanya Mulky enteng. Mungkin jika Hafidz yang berada di posisi Mulky, badannya akan bergetar karena gelisah dan takut.
"Sebenarnya, ya nggak ada apa-apa. Cuma, kemarin pas saya masuk ke kamar Aisyah, saya nemu surat dan Bunga," ujar Sang Kiyai.
Mulky yang dari tadi diam dengan santainya pun, sekarang mendadak gelisah. Sedikit keringat jatuh membasahi pelipisnya. Apakah setelah ini ia tidak akan bisa mendekati Aisyah?
"Saya langsung tanya sama Aisyah, agar tidak menimbulkan Su'udzon untuk saya pribadi," ujar Sang Kiyai. Membuat Jantung Mulky berpacu lebih cepat. Pikiran negatif langsung datang menyerbu Mulky secara tiba-tiba.
"Kamu tahu jawaban anak saya?" tanya Kiyai.
"E-Eenggak," jawab Mulky dengan gugup.
"Anak saya menjawab, semua barang yang dia terima adalah pemberian dari salah satu santriwan bernama Mulky. Dan setahu saya, Santriwan yang bernama Mulky hanya kamu saja. Jadi, apakah semua ini benar?"
Mulky jadi gelagapan. Kakinya telah bergetar tak karuan. Berpacu dengan jantung yang telah berdisko sedari tadi.
Penyesalan Mulky saat ini adalah. Kenapa ia harus berkenalan dengan Aisyah? Menyebut nama pula!"Jadi?" tanya Kiyai sekali lagi. Membuat lamunan Mulky buyar seketika.
"E-em ituu, anuu," ujar Mulky tak jelas. Ia lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan membuangnya dengan cepat. "Nggeh! Itu semua dari saya." ujar tegas Mulky.
Sedetik, Kiyai Ali pun tertegun mendengar pengakuan Mulky itu. Memang nyali Mulky tak perlu ditanyakan lagi.
"Ya sudah! Dari pada rasa suka kamu sama anak saya berakhir Zina. Maka, saya putuskan untuk mempertemukan kalian berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavier Mulky
Teen Fiction[Spiritual-TeenFiction] Kisah seorang remaja laki-laki bernama Mulky yang terpaksa mengikuti pesantren kilat pada Bulan Ramadhan karena wasiat Almarhumah ibunya. Memiliki latar belakang keluarga yang cukup berantakan, membuat hubungan dengan ayahnya...