13. Awal Pendekatan

15 11 11
                                    

Mulky berjalan tanpa semangat untuk kembali ke kamarnya. Terbayang bayang akan fakta yang baru ia ketahui, jika gadis yang ia sukai adalah putri dari Kiyai Ali.

Memang aneh jika dirasa. Mulky langsung jatuh cinta dengan Aisyah hanya dengan sekali pertemuan, itupun tanpa sengaja dan dalam waktu yang sangat singkat.

"Assalamualaikum," ujar Mulky dengan lesu dan langsung masuk kedalam kamar.

Kali ini kamar sedikit sepi, hanya ada Habib, Hafidz, Rifki dan Malik. Entah kemana para penghuni yang lain.

"Waalaikumsalam," jawab mereka berlima kompak. Seketika mereka saling pandang karena wajah Mulky yang kusut.

"Muka kamu kenapa kusut kayak gitu? Ketahuan ya di Pondok Putri? Atau kamu malah diperes para Santriwati kayak baju-baju mereka," ujar Habib membuat keempat orang itu tertawa lepas mendengarnya.

"Enggak lucu!" ketus Mulky pada Habib.

"Kamu sebenernya kenapa sih Ky? Pulang-pulang malah lesu kayak gini? Misi kamu gagal untuk ketemu Santriwati yang kamu suka?" tanya Hafidz.

Mulky menghela nafas panjang. Seolah ia bisa membuang berbagai pikiran yang kini bersarang di kepalanya.

"Gue tadi lihat cewek yang kemarin gue tabrak. Nah, si cewek itu malah lari sambil bawa piala ke ndalem Kiyai." Mulky kembali menghela nafas, membuat para teman-temannya bingung berkepanjangan. "Nah, ternyata si cewek itu anaknya Kiyai Ali. Namanya Aisyah!"

"APA!" teriak keempat orang itu dengan kompak.

"Apa?" tanya Mulky kembali dengan tenang.

Habib menepuk dahinya cukup keras. "Standar kamu ketinggian Ky! Masak kamu sukanya sama Ning Pondok?"

Rafki mengangguk setuju. "Jujur. para Santriwan disini juga pada suka semua sama Ning Aisyah! Tapi kita tau diri lah! Masak suka sama anaknya Kiyai kita? Mana Ning Aisyah hafalannya udah Khatam 30 juz! Mundur alon-alon kita mah!" ujar Rifki membuat Mulky ragu.

"Iya Ky! Aku juga awalnya suka banget sama Ning Aisyah! Tapi lama-lama sadar diri lah! Dia Khatam 30 juz, sedangkan aku 2 Juz aja belom," ujar Malik menimpali.

Mulky semakin ragu. Dia diam. bergulat pikiran dengan otaknya. Apa bisa seorang biang onar mendapatkan Ning Pondok? Mustahil bukan?

"Yang modelan kayak kalian aja nyerah! Apalagi kayak gue yang udah kayak napi kabur begini. Minder gue mau deketin Aisyah!" ujar Mulky membuat para temannya mengangguk maklum.

"Eh, tapi kalau emang cinta harus diperjuangin. Kalau diem aja mah nggak akan ada perubahan. Sayyid Ali emang cinta dalam diam. tapi Siti Fatimah juga cinta balik. Lah kamu? Suka Ning Aisyah, ikut-ikutan cinta dalam diam. mana Ning Aisyah belum tentu suka juga sama kamu," ujar Hafidz sangat benar adanya.

Mendengar nasehat dari Hafidz semangat berjuang Mulky kini berkobar sangat besar. Jiwa bucinnya keluar lagi, setelah hampir 2 tahun mengalami mati rasa karena diduakan oleh sang mantan.

"Gue bakal berjuang demi cinta! Demi Aisyah semuannya bakal gue lakuin!" ujar Mulky penuh semangat.

***

Mulky kini sedang duduk termenung di depan kamar Usman bin Affan, kamar yang berada paling ujung di Pesantren Putra. Termasuk kamar paling dekat dengan ndalem kiyai.

Just info, ndalem Kiyai berada di ujung Pesantren Putra. Dekat dengan pagar belakang yang biasa dilewati untuk membuang sampah. Sehingga memudahkan Aisyah jika ingin pulang ke rumahnya, ataupun hanya untuk bertemu dengan Abi-nya.

Xavier MulkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang