22. Idul Fitri

13 6 13
                                    

"Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!"Suara takbir terus berkumandang di setiap sudut komplek perumahan elit milik Mulky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!"
Suara takbir terus berkumandang di setiap sudut komplek perumahan elit milik Mulky.

Mulky telah bersiap siap dikamarnya. Mengenakan baju koko berwarna putih dengan sarung berwarna hitam polos. Tak lupa, peci hitamnya. Sangat cocok dijadikan sebagai calon imam. Eh....

Mulai sekarang, Bi Sari dan Pak Nur adalah orang tua kedua Mulky. Orang yang pertama membantu Mulky ketika susah dan orang yang selalu perhatian kepadanya. Mulky sangat menyayangi mereka berdua.

"Den! Ayo cepet! Nanti ketinggalan Sholat Ied nya!" teriak Bi sari dari ruang tengah. Entah sudah berapa kali Mulky melarang Bi Sari dan Pak Nur untuk memanggilnya dengan sebutan 'Den' namun, mereka tetap bersikeras. Alasanya, karena sudah terbiasa.

Mulky menuruni anak tangga dengan cepat. Satu sajadah sudah bertengger di pundak kanannya. Sungguh, Mulky terlihat sangat tampan.

"MasyaAllah! Den Mulky ganteng banget! Bisa klepek-klepek deh anak-anak gadis disini," ujar Pak Nur.

"Si Bapak ih! Kalo ngmong suka bener. Haha," jawab Mulky.

Bi Sari hanya geleng-geleng kepala.
"Ayo cepat ih!"

Mulky dan Pak Nur langsung segera pergi keluar rumah. Mengunci pagar dan langsung berjalan menuju masjid terdekat.

***

Suasana lebaran kali ini sangat berbeda dengan ketidakhadiran Jannah. Mulky rindu, sangat rindu.

Kini, Mulky, Bi Sari dan Pak Nur berada di meja makan. Menikmati santapan wajib saat hari raya idul Fitri. Ya, opor ayam.

"Bi, Nanti Mulky mau ke rumah temen ya, sekalian mampir Bunda," ujar Mulky.

Tanpa ragu, Bi Sari langsung mengangguk sebagai jawaban.
Memang, Bi Sari dan Pak Nur sudah seperti keluarga bagi Mulky. Namun, rasanya tetap berbeda.

"Kamu nggak ada rencana mau ke rumah Pak Arya Den?" tanya Pak Nur. Langsung membuat pergerakan Mulky terhenti.

"Enggak ah, buat apa juga," ketus Mulky.

"Jangan gitu dong Den! Mau gimanapun Pak Arya. Beliau tetap ayahnya Aden! Apalagi, keluarga aden sekarang tinggal Pak Arya sama Istri barunya itu."

"Ngapain Mulky kesana? Palingan juga berantem sama Ayah, sama Alma!" jawab Mulky enteng. Memang Mulky sangat enggan memanggil Alma dengan sebutan Ibu.

Bi Sari yang sedari tadi menyimak pun, langsung menghela nafas panjangnya. "Kalau Aden nggak mau, nggak usah dipaksa Pak! Lagian, Ibu juga kesel banget sama Pak Arya! Apalagi istrinya itu. Gayanya hedon banget, sombong banget lagi!"

"Tuh! Bibi aja ga suka sama Alma."

Pak Nur hanya diam. Bagaimana caranya agar ia bisa menjelaskannya pada Mulky dan Istrinya?

Xavier MulkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang