"Seseorang memang bisa berubah menjadi lebih baik dengan dorongan orang lain.
Namun, orang lain tidak bisa menjadi alasan mutlak dari sebuah perubahan itu."***
Santri-santri di Pesantren Darul Ulum sudah mulai berdatangan. Libur hari raya memang masih ada. Namun, entah kenapa, mereka lebih memilih untuk kembali dengan cepat ke Pesantren.
Mulky sedang duduk di pelataran masjid. Baru saja melaksanakan Sholat sunnah Dhuha bersama Habib dan Hafidz. Sedangkan Naufal dan Rendy lebih memilih untuk duduk diam di pelataran masjid.
"Gue mau balik aja ke Jakarta," ujar Mulky tiba-tiba. Membuat keempat temannya menoleh kompak.
"Loh! Kenapa? Baru aja kesini, masak mau balik lagi?" tanya Hafidz.
"Setuju-setuju aja sih gue! Gue juga udah pengen balik! Dari kemarin, gue di teror spam chat!" tutur Rendy.
"Saha?" tanya Naufal.
"Pacar sama Mami gue," jawab Rendy.
Naufal langsung merotasikan kedua bola matanya. "Gue kira siapa! Pacar lo yang sekarang ribet banget!"
"Biasa lah, namanya juga sayang. Apalagi ke gue. Ganteng, kaya, baik, perhatian. Kurang apa coba?" ujar Rendy dengan sombongnya.
"Ganteng doang ga bisa ngaji!" tegas Habib.
Rendy yang mendengar itu langsung tertampar oleh sebuah kalimat. Kata-katanya langsung tertohok masuk kedalam jiwa dan raga sampai tulang-tulang.
"Hahaha. Tertampar, terjungkal," ejek Naufal pada Rendy.
Rendy hanya diam. Berdecak sebal dan merasakan malu yang mendalam.
***
"Kamu beneran pulang?" tanya Hafidz masih tak percaya. Padahal kini, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika Mulky tengah bersiap untuk pulan.
"Lo nggak lihat apa?" tegas Mulky. Suaranya masih sedikit kasar, sebab bad mood.
"Jadi kamu balik kesini cuma buat Ning Aisyah?" kini, giliran Habib yang berbicara.
"Kayak yang lo lihat," tegas Mulky.
"Ayo Ky! Cepetan!" ujar Rendy yang sudah berdiri di tengah pintu.
"Sabar! Lo nggak inget kalo masih ada di Pesantren?" tanya Naufal saat menyadari jika kehadirannya menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavier Mulky
Teen Fiction[Spiritual-TeenFiction] Kisah seorang remaja laki-laki bernama Mulky yang terpaksa mengikuti pesantren kilat pada Bulan Ramadhan karena wasiat Almarhumah ibunya. Memiliki latar belakang keluarga yang cukup berantakan, membuat hubungan dengan ayahnya...