Bapak Alex bilang, gapapa nilainya jelek asal hasil sendiri. Tapi Mama Tian bilang, nilai di bawah KKM itu nilai mati yang gak ada harganya.
Duh, Bian jadi bingung. Kira-kira, malem ini belajar apa enggak ya? Habis jawaban Bapak Alex dan Mama Tian pro dan kontra sih, jadi sekarang Bian dilema.
Karena merasa di gantung tanpa kepastian oleh keputusan, Bian memutuskan untuk menghempaskan tubuhnya di kasur tercinta dan mengambil ponselnya di atas nakas. Meninggalkan sejenak buku paket bahasa di Inggris di meja belajar, dan memilih untuk memainkan happy mall. Btw mall nya sudah berkembang pesat, makanya harus sering di periksain biar pegawainya gak ada yang korupsi.
“Bian? Kamu lagi belajar kan?“ Bian reflek melompat dari tempat tidur menuju meja belajar untuk pencitraan saja. Agar di anggap tengah belajar serius dan setelahnya bisa ngeles pegal kelamaan duduk lalu kembali rebahan deh di kasur.
Ceklek
“Kenapa, Ma?“ Bian menoleh ke arah pintu.
“Alhamdulillah belajar, mama kira udah gak bernyawa di kasur——“
“Astagfirullah, Mama berdosa banget.“ sang Mama hanya cekikikan geli sementara Bian mebolak-balik halaman bukunya. Biar di kira baca sungguhan, padahal mah ya, Bian belum membaca barangkali satu lembar. Dia terlalu sibuk mengurus mallnya yang sudah berkembang pesat.
“Tadi, Pak Gemi ke rumah.“ Mata Bian langsung membulat.
“Ngapain?“
“Minjem tangga buat pasang lampu kamar mandi, katanya putus.“ Bian mendengus kasar.
Kirain mau pinjam dirinya untuk di bawa pulang. Barangkali, pak gemintang kesepian di rumah, jadi butuh teman kan? Who knows?
“Ma, Bian keluar bentar ya? Beli kiko.“
Omong-omong, kiko di freezernya sudah ludes di makan. Tanpa menebak, Bian sudah tau siapa pelakunya. Yang jelas bukan mama Tian atau hantu penunggu, dia adalah Bapak Alex terhormat. Bapak-bapak yang hobinya makan es kayak anak muda, padahal setiap makan es selalu ngeluh giginya ngilu, tapi gak pernah kapok. Malah makin getol setiap hari.
Jadi, ini adalah kesempatan bagi Bian untuk kabur dari belajar. Lagian, cuma ulangan harian ini. Bahasa Inggris pula, nanti kalau gak tau tinggal pakai jawaban andalan.
“Janji gak lama, soalnya Bian mau beli camilan juga. Kasihan cacingnya hajatan tapi gak ada makanan.“ Mama hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan konyol anaknya.
“Cepet pulang habis itu belajar, paham?“ Bian mengacungkan jempol, lalu segera beranjak dari bangku dan menyambar jaket warna mint di belakang pintu, tak lupa membawa dompetnya.
Chup
Sebelum pergi, gadis itu mengecup pipi mamanya sekilas yang sedang berdiri di ambang pintu lalu melesat pergi karena sudah tidak sabar ingin mendatangi surga makanannya.
Setibanya di sana, Bian menyambar keranjang belanjaan dan mulai mendatangi setiap tempat makanan yang di inginkannya.
“Pokoknya hari ini gue bakal lembur bangun mall sampe kaya!“ gumamnya pelan sembari memasukkan empat bungkus kiko dan beberapa minuman kemasan seperti drink beng-beng dan cocholatos.
Lalu untuk renyah-renyahnya, Bian ambil, chitato, doritos, Qtela, krisbee, rumput laut. Kemudian untuk yang manis renyahnya, Bian ambil oreo, goodtime, gerry salut cokelat, pocky, gandum cokelat. Oh ya, Bian tak mau kelupaan roti favoritnya. Sari roti kacang dan keju. Gila sih, gak ada obat. Enak pol!
Oh ya, ada lagi, Bian lupa beli minumannya. Gadis itu kemudian membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa minuman botol favoritnya— susu pisang. Biar bisa kembaran sama jungkook BTS, haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Revolution✓
FanficSingkat cerita Bian jatuh hati pada tetangga baru yang selisih umurnya cukup jauh, namun Bian tak peduli. Tapi ternyata, seorang pengacau, datang untuk memperjuangkan perasaannya terhadap Bian. Mampukah dia membuat Bian luluh? Genre: Komedi - romant...