Bian tak bergeming apapaun selama perjalan pulang, membuat Gemintang merasa tidak tega. Padahal biasanya gadis itu selalu cerewet dan mengganggu perjalanannya, tapi hari ini tidak. Pasti moodnya benar-benar kacau.
Tadi, Gema juga mendatanginya dan mengatakan kalau ini semua ulah Dania. Sepupu jauhnya yang ada di kelas unggulan. 12-A.
Well, kesimpulan berkaitan dengan cinta segitiga yang muter-muter. Gak ada ujungnya, Gema suka Bian, Dania suka Gema.
“Bian, kamu gapapa?“ Bian menghela napas kasar.
“Perasaan orang-orang nanyain saya gapapa mulu deh ... Emang saya kenapa? Saya gapapa kok.“ Bian mengendurkan pegangannya, matanya kembali memperhatikan jalanan yang mereka lalui. Hari ini, Bian gak terlalu lengket, gadis itu menjaga jarak, pegangan pun hanya sebatas pegang pinggang kalau biasanya peluk.
Mood Bian benar-benar buruk sekali, dari awal masuk sampai pulang sekolah. Satu sekolah ramai menggunjing dirinya, mereka semakin jadi membicarakan dan mentertawakan Bian baik itu di depan maupun di belakang. Kalau bukan karena Kania dan Helen, sudah jauh-jauh hari Bian pindah, atau mungkin homeschooling saja ya? Itu jauh lebih baik.
“Habis dari sini kamu sibuk gak?“
"Paling rebahan sambil merenungi nasib pak, kenapa?“
“Yaudah saya mau ke perpustakaan Gasibu dulu,“
“Terus hubungan sama saya?“
“Ya, saya bawa kamu lah.“ Bian tercengir kuda.
“Bukannya bapak ngajar les?“ benar. Sepulang sekolah nanti Gemintang ada kelas untuk les privat. Tapi, karena dia merasa kasihan dan ingin sedikit menghibur muridnya yang sedang terkena masalah, itu makanya Gemintang ajak jalan-jalan.
Gapapa perpustakaan saja, hitung-hitung gratis dan tak mengeluarkan biaya.
“Saya minta tolong teman saya untuk gantikan nanti.“ Bian beroh ria, kemudian napasnya tercekat saat laki-laki itu menarik tangannya untuk melingkari perutnya.
“Pegangan, nanti kamu jatuh.“ Bian speechless, jantungnya mulai berdisko, perutnya serasa memiliki kandang kupu-kupu. Demi apa sih? Twing. Haha
Pertama kalinya Pak Gemintang suruh pegangan, mana pakai acara Peluk-pelukan kayak Dilan, buat baper anak orang aja. Rasanya kalau ada lapangan luas Bian mau teriak sekeras-kerasnya untuk meluapkan perasaan senangnya yang mau meledak.
Tenang Bian, keep calm. Jangan kalah dulu, jangka modusin pak Gemintang masih panjang.
“Abis pegangan, boleh senderan juga gak pak?“ Gemintang terkekeh geli.
“Loh, emangnya biasanya kamu minta izin?“ Bian cengegesan, detik selanjutnya gadis itu langsung menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Pak Gemintang. Uh, rasanya nyaman dan hangat, kalau bisa sih di bawa pulang. Tapi belum halal, bisa habis nandi Pak Gemintang di babat bapak Alex.
Setibanya di perpustakaan Gasibu, Bian mengekori Gemintang yang menyusuri setiap rak buku sesuai katagori. Jujur, Bian bosan tapi karena di perpustakaan nya berdua sama Pak Gemintang, Bian rela telan rasa bosannya.
Gapapa demi Pak Gemintang
“Kamu ini kayak anak ayam, saya kesini di ikutin saya kesana di ikutin. Emangnya kamu gak pernah ke perpustakaan kota?“ Bian menggeleng cepat.
“Saya gak suka baca, sukanya sama Bapak!“ Gemintang nyaris tersedak air liurnya saat mendengar penuturan murid bar-barnya.
“Mending kamu duduk aja kalo gak mau baca apapun.“
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Revolution✓
FanficSingkat cerita Bian jatuh hati pada tetangga baru yang selisih umurnya cukup jauh, namun Bian tak peduli. Tapi ternyata, seorang pengacau, datang untuk memperjuangkan perasaannya terhadap Bian. Mampukah dia membuat Bian luluh? Genre: Komedi - romant...