Epilog

67 9 1
                                    

Sejak kuliah di Jogjakarta, Bian sama sekali tak pernah mengumbar hubungannya dengan Gema seperti teman-temannya. Mereka bahkan kerap kali melakukan triple date dan memaksa Bian untuk ikut bergabung dengan mereka.

Katanya sih, kasihan. Apalagi Bian adalah satu-satunya anak rantau. Makanya mereka sengaja mengajak Bian agar dia tidak kesepian di kosan.

Dan hal yang paling menyebalkan lagi adalah ketika mereka pergi bersama, pasti mereka selalu membawa laki-laki untuk di comblangkan pada Bian. Katanya sih, mereka bertiga kurang setuju jika Bian menjalin hubungan dengan pacarnya yang sekarang.

Fyi, Bian sengaja menunjukan foto Gema saat tubuhnya masih berisi dan dekil sehingga teman-temannya tidak setuju. Padahal mah, Bian sengaja menunjukan foto Gema sebelum glow up agar teman-temannya tidak terpikat. Di tambah, dulu semasa SMA, Gema menjadi incaran murid-murid cantik yang berprestasi. Bahkan Gema menduduki peringkat pertama murid terganteng di angkatannya.

Jadi, wajar dong kalau Bian posesif? Enak aja bagi-bagi kegantengan Gema di depan teman-temannya. Bahkan kalau Bian boleh jujur, Gema jauh lebih ganteng daripada pacar mereka semua. Serius. Gema pun pernah cerita kalau ada beberapa kakak tingkatnya yang mengajak untuk berpacaran dan kerap kali ia ganti nomor telepon karena banyak nomor tak di kenal sering mengirimkannya pesan singkat. Katanya sih beberapa dari mereka diam-diam membayar teman Gema untuk mendapatkan nomor teleponnya karena mereka malu untuk minta langsung.

Well, Gema memang sepopuler itu di fakultasnya. Padahal dia terbilang mahasiswa baru, tapi sudah berhasil memikat para perempuan disana.

Waktu yang di tunggu akhirnya tiba, Bian bisa segera pulang ke rumahnya karena sekarang sedang libur semester di tambah, Bian tak sabar ingin menghabiskan waktu bersama Gema. Rasanya Bian sudah lama tidak mengacak-acak rambutnya.

Bian sengaja datang lebih awal ke stasiun, kalau pas jam nya takut ketiduran dan bablas. Itu makanya lebih baik menunggu di stasiun daripada ketiduran. Sayang tiketnya, apalagi Bian membeli tiket eksekutif.

"Kenapa lo buru-buru banget sih? Segak sabar itu ketemu sama Gema?" celetuk gadis berambut panjang tergerai.

"Ya wajar lah, kan LDR. Beda cerita sama kalian yang deketan." Bian membela dirinya. Tapi benar kan? Pacar ketiga temannya nya itu masih satu kampus.

"Sebenernya Bi, apa yang membuat lo bucin sama Gema? Maksud gue, lo cantik, lo terkenal di kalangan fakultas meskipun lo gak peduli. Banyak cowok di fakultas kita yang lebih layak--" Bian langsung membekap mulutnya gadis dengan rambut pendek sebahu.

"Kalian ini kenapa sih? Gue yang pacaran masa kalian yang ribet. Lagian, mau Gema gendut atau kurus kerempeng pun gue tetep suka kok." Bian tak terima jika teman-temannya menjelekkan Gema. Kalian belum tau saja kalau Gema yang sekarang itu jauh lebih ganteng dari apapun.

"Gue kasih tau ya, ini kali terakhirnya buat kalian nyomblangin gue sama cowok yang gak gue kenal. Gema udah cukup kok buat gue," jelas Bian yang membuat temannya saling menatap satu sama lain.

"Sekali lagi aja gak mau Bi?" tanya gadis berambut ikal berwarna cokelat.

"Kating Jo, namanya Batara. Dia pengagum rahasia lo, lo tau kan kenapa foto lo bisa ada di pameran?" Bian menatap temannya yang berambut ikal serius.

"Dia yang diam-diam foto lo pas kita lagi di perpustakaan. Dia bilang dia kagum sama Lo, dan katanya dia mau minta maaf dan izin karena udah masukin foto lo ke pameran mahasiswa." Bian tertegun. Jadi dia orangnya toh? Sebenarnya itu memang tidak sopan, Bian awalnya sempat marah. Dia juga sempat mengadu dengan Gema. Katanya laki-laki itu mau mendatangi kampusnya dan memberi pelajaran untuk orang yang mengambil fotonya diam-diam. Tau sendiri kan Gema itu orangnya nekat abis. Tapi untungnya Bian bisa menyakinkan Gema.

Love Revolution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang