30| End

67 7 2
                                    

Setahun berlalu, kehidupan Bian perlahan pulih. Rasa sakit hatinya pun sudah terobati dengan adanya Gema. Gema berusaha keras membantu Bian untuk melupakan si Bapak kesayangannya. Biasalah, bocah SMA kalau lihat laki-laki ganteng dikit langsung kepincut. Nanti kalau tahu sudah punya, baru koar-koar sakit hati. Ya itulah Bian.

Begitu lulus, Bian memutuskan untuk kuliah di luar kota. Bian sengaja melakukan itu agar ia tidak teringat terus oleh si bapak kesayangannya. Gema sebagai pacar pun sangat mendukung, bagaimana tidak? Jika Bian tetap disana, pasti benih-benih cintanya bakal muncul lagi. Dan Gema tak akan biarkan itu terjadi. Sudah susah-susah buat anak orang move on, masa tiba-tiba anaknya balik lagi.

Kini hubungan Gema dan Bian semakin lengket, Bian mulai terbuka dan mulai cerewet dengan Gema. Tapi gapapa, Gema malah senang. Soalnya awal dapetin Bian itu susah. Anaknya nolak terus, habis itu sarkas mulu. Kalau sekarang, Gema telat makan aja Bian bakal ngomel.

Meskipun tambah lengket, tapi tetap saja Gema khawatir. Kini kekhawatiran Gema bukan lagi bapak kesayangan Bian melainkan interaksi Bian dengan teman-teman lawan jenisnya di kampus? Bagaimana kalau mereka genit? Bagaimana kalau ada yang confess? Atau ada yang modus? Duh, gara-gara LDR, Gema jadi sering overthinking. Harusnya kan Gema ambil aja kuliah di Jogja, biar gak overthinking setiap hari.

Habis gimana ya? Wajar lah Gema overthinking, orang pacarnya cantik dan menggemaskan. Apalagi mata besarnya seperti boneka dan pipi gembulnya asik untuk di cubit.

Usai kelas berakhir, Bian berencana mendatangi cafetaria temannya yang baru launching. Lumayan dapat potongan harga baru buka, sekalian Bian mau beli makan buat nanti malam.

Kan hemat uang, biasalah anak kos harus pandai atur keuangan.

Setibanya di cafetaria temannya, Bian berhenti sejenak. Rupanya Bian kurang cepat. Ternyata orang-orang itu matanya pada teliti sekali kalau lihat ada tulisan promo ya, sekarang cafetaria nya ramai.

”Beli gak ya? Tapi rame banget. Tapi, lagi promo besar-besaran. Rugi kalau pulang,” Ucap Bian, sebenarnya dia bimbang sih. Di sisi lain Bian malas antri tapi di sisi lain Bian mengejar promonya. Kan lumayan sisa uangnya bisa buat beli yang lain.

”Gas aja lah, antri bentar gak bakal pingsan ini.” Bian memantapkan hatinya, ia kemudian bergegas masuk agar tidak keduluan oleh orang-orang yang baru datang. Pokoknya Bian harus bisa lebih dulu dari orang-orang yang datang.

Ketika Bian masuk ke dalam, Bian bergegas menuju meja kasir tanpa melihat meja kosong dahulu. Lebih baik semua pesanannya di bawa pulang saja daripada makan di tempat, soalnya langit mulai gelap. Bisa-bisa nanti dia kejebak hujan deras.

Bian yang tampak terburu-buru itu, sepertinya tidak sadar dengan orang di depannya karena matanya fokus menatap menu yang tertempel di atas. Alhasil karena Bian yang meleng dan kurang memperhatikan pembeli di depannya pun akhirnya menabraknya dan ya, tangannya ketumpahan kopi panas.

Crang!

Bian yang ketumpahan kopi panas pun langsung meringis sakit karena rasa panas dan perih yang ia dapat.

”Astaga, maaf Mba. Mba, wastafel nya dimana ya?” tanya pembeli laki-laki tersebut yang panik melihat Bian.

”Ada di belakang Mas,” jawabnya.

”Mba, tolong di bersihkan ya. Nanti saya bayar lebih buat ganti gelas yang pecah,” instruksi pria tersebut. Ia pun langsung membawa Bian ke belakang untuk membilas tangannya dengan air yang mengalir.

”Gapapa Mas, saya aja. Saya minta maaf sebelumnya.” Bian mengucapkan permintaan maaf, gadis itu berupaya untuk membasuh tangannya sendiri di wastafel agar tidak merepotkan laki-laki tersebut.

Love Revolution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang