11| Akhirnya mereka ketemu

133 35 6
                                    

Hari ini Bian sudah tidak bisa bebas kelayapan kesana-kemari seperti biasa. Soalnya siluman kadalnya udah balik ke sekolah. Jadi Bian akan kesulitan melakukan interaksi dengan guru kesayangannya. Sial. Kenapa gak sakit sampai setahun aja sih? Gak ngertiin orang banget deh. Udah tau mau pendekatan sama calon suami, malah tiba-tiba muncul segala.

Tadi pagi juga Bian rela manjat tembok rumah Gemintang agar mereka berangkat lebih pagi, demi menghindari siluman kadal, Bian rela melakukan apapun meski dengan cara bar-bar seperti manjat tembok.

Dan sialnya, lututnya lecet karena jatuhnya sujud. Jadi tadi sama Pak Gemintang nya di obatin dulu deh.

Seperti biasa, Bian gak pernah melewatkan kesempatan untuk modusin calonnya.

Habis Bian merasa seperti di adegan drama romance, buat jedag-jedug hatinya. Sampai-sampai Bian gigit dasi biar teriakannya gak pecah.

Gak tau ya, padahal cuma obatin luka. Tapi menurut Bian romantisnya sangat berdamage. Apalagi guru kesayangannya yang ngobatin. Di jamin langsung sembuh.

"Morning Bian~" lamunan Bian buyar ketika seorang laki-laki duduk dan merangkul pundaknya. Dari cara bicaranya kalian sudah bisa menebak dia siapa.

"Gue langsung buru-buru pas tau lo udah berangkat duluan. Takut tidur di jalan." Bian mendengus kasar.

"Tapi katanya, lo berangkat sama guru baru ya? Siapa? Cewek apa cowok?" Bian menggerutu kesal di dalam hati, mulai deh. Penyakitnya kambuh, buat mood Bian di pagi yang cerah ini hancur. Padahal tadi moodnya bagus banget pas bayangin wajah guru kesayangannya.

"Bukan urusan lo." dengan cepat Bian menyingkirkan tangan laki-laki itu.

"Kalo cewek gapapa, tapi kalo cowok jauhin dia." Bian mengerutkan dahi tak paham.

"Kenapa?"

"Gasuka."

"Emang lo siapa?"

"Pacar-- eh calon."

"TAPI GUE GAMAU." geram Bian yang menekan kalimat barusan.

"Tapi gue suka."

"Guenya gak suka."

"Ya harus suka, gue maksa."

Detik selanjutnya Bian mencubit pinggang laki-laki itu dengan kencang sampai rintihannya menggema di kelas.

"Rasain tuh!" Bian memutuskan pergi meninggalkan kelas, lebih baik di lapangan kayak orang bego daripada di kelas emosinya naik turun menghadapi siluman kadal. Gak akan ada habisnya, dia itu suka nyari perkara sama Bian, katanya sengaja, biar bisa ngajak ngobrol. Mengingat Bian ini selalu dingin dan galak sama dia, jadi laki-laki itu akan menghalalkan segala cara agar bisa ngobrol banyak dengan Bian.

Bian duduk sendirian, kayak anak ilang. Gak ada temennya, oh ya, sebenernya Bian itu anaknya individu banget, jarang dia ikut genk-genk gitu, lebih nyaman sendiri, apalagi pas tau kalau beberapa temen-temennya itu suka pilih-pilih. Menjadikan yang pintar dan cantik teman lalu menyisihkan yang tidak bisa apa-apa seenak jidat.

Bian sudah hafal circle pertemanan seperti itu. Busuk. Isinya orang-orang munafik. Paling sih, Bian bergaul sama anak yang biasa-biasa aja, gak pintar dan gak kaya juga. Ada sih beberapa, namanya Kania sama Helen, cuma anak kelas sebelah. Udah temenan lama, mereka saling kenal pas MPLS gitu, dan alhamdulillah masih awet sampai sekarang.

Anti cabe-cabe klub


Bian |gais, ada yang udah dateng?

Love Revolution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang