13| Hujan-hujanan

114 30 4
                                    

Bian sangat berterima kasih pada hujan karena turun di saat yang tepat.

Berkat hujan Bian bisa jadi milea versinya Pak Gemintang.

Gimana sih perasaan kalian kalau di bonceng pulang sambil menerobos hujan? Ya walaupun bukan hujan deras seperti adegannya Dilan sama milea, hanya rintik-rintik kecil saja. Tapi hal itu sudah membuat Bian senang bukan main.

Meskipun Pak Gemintang gak kasih pinjam jaketnya dengan alasan alergi dingin, tapi Bian cukup senang karena di izinkan untuk mendekap tubuh Pak Gemintang secara sadar. Mengingat, setiap kali di bonceng Bian selalu saja tertidur, tapi gak tahu nih. Hari ini matanya kuat melek. Sungguh keajaiban untuk modus yang luar biasa.

“Kamu kedinginan gak?“

Don't worry, i hug you, Pak!“

“Saya serius  ...“

“Jangan serius-serius Pak nanti baper.“

Gemintang melengoskan napas kasar, “Nanti kita mampir dulu ya?“

“Ke KUA, Pak? Gaspol amat.“ celetuk Bian yang buat Gemintang geleng-geleng kepala. Emang, cuma Bian doang berani ngomong santai sama gurunya, yang paling berani ngomong gak halal ngaco dan yang paling nekat ngerdusin gurunya padahal dia tau perbedaan umur keduanya cukup jauh.

“Bukan, saya beliin ubi bakar buat kamu. Buat anget-anget di jalan.“

“Gak perlu Pak, meluk bapak aja udah buat jiwa dan raga saya anget.“

“Serius gak mau?“

“Iya bapakku sayang  ... Don't worry, i hug you!“ Gemintang menahan senyum di wajahnya, meskipun tingkahnya kadang membuat risih dan menyebalkan, anehnya dia selalu bisa buat Gemintang ketawa. Padahal kalau di pikir-pikir selera humornya itu rendah banget, serius. Gemintang itu jarang banget ketawa, kadang kalau nonton acara komedi di TV aja, susah gampang mau ketawanya. Kecuali kalau benar-benar lucu.

Tapi Bian? Ah sudahlah. Gemintang tak mau berpikir yang macam-macam.

“Pak Gemi, kalo misalkan kita di ibaratkan sebagai benda Pak gemi pilih apa sama apa?“ tanya Bian di sela-sela perjalanan mereka yang santai, Gemintang sengaja. Tidak melajukan motornya kencang-kencang, takut Bian kedinginan. Soalnya dia gak pakai jaket dan roknya pendek. Takut sampai rumah masuk angin, jadi lebih baik jalan pelan tapi selamat sampai tujuan.

"Minyak dan air.“

“Kok?“

“Sekeras apapun kamu coba menyatu dengan saya, pada akhirnya tetep gak bisa bersatu.“

“Dua kutub magnet.“ Bian mengoreksi.

“Jika dua kutub magnet yang sejenis di dekatkan maka akan saling menolak, beda hal jika dua kutub magnet yang berlain jenis di dekatkan maka akan saling tarik menarik.“ Bian menjeda ucapannya sejenak kemudian menjadi napas untuk bicara kembali.

“Jadi, sekeras apapun bapak nolak saya. Bapak gak bisa ngelak dari kenyataan kalau laki-laki itu membutuhkan perempuan sebagai pendamping hidupnya, terkecuali bapak homo.“ final Bian yang membuat Gemintang diam seribu bahasa.

“Jadi Pak Gemintang, selama janur kuning belum melengkung, tak gaspol melebu hatimu.“ Gemintang mau ngakak dengar Bian ngomong bahasa Jawa, mana medok banget lagi. Jadi kedengeran lucu aja gitu, jarang-jarang anak muda kayak Bian lancar bahasa Jawa. Anak jaman sekarang kan ke barat-baratan.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Kek udah lama ga updet padahal baru update beberapa hari yang lalu atau Minggu keknya, lupa haha

Ujan" enaknya makan mie kali ye haha, si Bian yang nyuapin, Gemintang fokus nyetir. Apakah tidak terlihat seperti keluarga bahagia mereka? Hahaha

Boleh caranya Bian di tiru, yang penting mentalnya kuat, jangan mental tempe.

Jangan lupa vote dan komennya hyung, biar semangat update yuhuuuuu

Love Revolution✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang