[08]

32 3 0
                                    

(revisi)

H

appy reading!









"Jadi kamu mau yang mana?"

Vallerie menatap jajaran gaun pesta di depannya bingung

"Yang kiri aja, Val" bisik Nadine

"Ih, yang biru aja. Cocok sama Val" bantah Alana

"Sst, berisik" tegur Vallerie

"Terserah Miss Sierra saja" ucapnya pada akhirnya membuat Nadine dan Alana mendengus kesal

"Mau kupilihkan?" Tanya miss Sierra

"Eum, iya"

Tangan lentik miss Sierra melepas salah satu gaun yang terpasang pada manekin

"Kurasa ini akan sangat cocok denganmu"

"Yang ini?"

Miss Sierra mengangguk

"Ayo, ikut denganku" ucap miss Sierra kemudian menuntun Vallerie ke salah satu ruangan untuk berganti pakaian dengan gaun yang dibawa oleh asistennya

"Wow"

Hanya itu yang keluar dari mulut Nadine dan Alana. Bahkan Lyora yang hanya diam sedari tadi ikut ternganga melihat Vallerie dengan gaun pilihan miss Sierra


"Val"

"Cantik banget"

Vallerie tersipu mendengar ucapan kedua sahabatnya

"Kamu mau yang ini?" Tanya miss Sierra

"Iya, aku suka yang ini"

Giliran Vallerie selesai. Kini giliran Nadine untuk memilih gaun yang akan dipakainya

"Aku mau yang itu, miss"

"Yang ini?" Tanya miss Sierra sambil menunjuk gaun panjang berwarna cokelat muda

Nadine mengangguk

"Baiklah. Mari kita coba"

"Sumpah, Nad. Ini beneran elo?" ucap Alana setelah Nadine keluar dari ruang ganti

Vallerie menepuk lengan Alana pelan "Sopan sedikit, ada miss Sierra"

"Ah, maaf"

"Jelek ya?" Tanya Nadine

"Cantik, Nad. Cantik banget malah"

Nadine yang tak percaya kemudian menoleh ke miss Sierra, meminta pendapat

"Sangat cocok denganmu. Aku yakin Jayden akan menyukainya" ucap miss Sierra. Suaranya agak memelan di akhir kalimat

Nadine hanya tersenyum. Antara senang dipuji atau gadis itu mendengar dengan jelas kalimat terakhir miss Sierra

"Baik. Sekarang giliran Alana"

Alana memilih gaun yang sudah ia incar sedari tadi. Gaun berwarna putih dan hitam dengan lengan panjang.

Sedangkan Lyora memilih gaun dengan perpaduan warna hitam dan hijau

"Masquerade Ball akan dilaksanakan tiga jam lagi. Kalian harus mulai bersiap-siap" ucap miss Sierra membuat keempatnya mengangguk paham

Butuh waktu sekitar dua jam untuk asisten miss Sierra mendandani keempat gadis itu. Setelahnya miss Sierra mengajak mereka keluar istana untuk naik kereta kuda menuju Terre De Paix

Sebelum turun, tak lupa miss Sierra memberikan topeng pada mereka yang sudah dicocokan dengan gaun mereka masing-masing juga sesuai tema pesta malam ini

Keempat gadis itu terkagum melihat suasana pesta yang megah dan meriah. Hiasan lampu dimana-mana, hiasan bunga bahkan beberapa buah tergantung di beberapa sisi ruangan

"Selamat menikmati pesta" ucap miss Sierra kemudian pamit pada keempatnya

"Vallerie?" Gadis itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya

"Eh? Raiven"

Raiven tersenyum ketika gadis itu mengenalinya

"Cantik"

Vallerie terkesiap kemudian memandang Raiven bingung

"Kamu cantik"

Seketika pipi gadis itu bersemu "Terima kasih"

Sementara Nadine, Alana dan Lyora cekikian melihat Val yang salah tingkah

"Mau mengobrol disana?" Tanya Raiven

Val memandang dua temannya meminta persetujuan dan langsung diangguki Nadine dan Alana

Setelah Val dan Raiven pergi, ketiganya memutuskan mengambil minuman kemudian menuju salah satu meja

"Kira-kira ada yang bakal ajak gue nggak ya?" tanya Alana

"Joel mungkin" jawab Lyora

"Joel?"

Lyora memutar bola matanya "Lo sering bilang Vallerie gak peka padahal lo sendiri yang nggak peka"

"Lo juga. Lo nggak tau si Gaulle suka curi-curi padang ke arah lo?" Tanya Lyora dengan nada pelan karena mereka menggunakan bahasa manusia

"Bentar. Gaulle siapa? Gue lupa" tanya Nadine

Alana dan Lyora menghela nafas pelan

"Jayden"

Nadine hanya diam kemudian menyesap minumannya lagi. Jelas sekali gadis itu salah tingkah

"Kalo lo?" Tanya Alana

"Apa?"

"Nggak ada yang PDKT ke lo gitu?"

"Boro-boro PDKT. Gue nggak digigit aja bersyukur" jawab Lyora membuat Nadine dan Alana tertawa

"Permisi, nona-nona"

Atensi ketiganya beralih pada seorang pemuda dengan pakaian pesta serta topeng yang menghiasi wajahnya

"Aku ingin mengajak teman kalian mengobrol sedikit. Bolehkah?" Tanyanya sambil memandang Alana

Ketiganya saling menatap satu sama lain

"Ah, mungkin kalian tidak mengenaliku. Aku Joel" ucap Joel lalu membuka topengnya sebentar kemudian memakainya lagi

Nadine dan Lyora menahan senyum sedangkan Alana berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya

"Bawa saja dia. Silahkan" ucap Nadine

Alana mendelik tajam pada temannya itu namun hanya diacuhkan Nadine

"Kan, bener apa kata gue" ucap Lyora

"Lo cenayang apa gimana?" Tanya Nadine

Lyora mengedikkan bahunya. Sedetik kemudian dia tersenyum

"Siap-siap. Pangeran lo lagi kesini"

Nadine yang masih berpikir dikagetkan dengan kedatangan seseorang di sampingnya

"Ekhem"

"Bisa ikut aku?" Tanya Jayden


"Aku?" Tanya Nadine sambil menunjuk dirinya

Jayden mengangguk kemudian mengulurkan tangannya sambil sedikit membungkuk persis seperti pangeran yang menjemput tuan putri

"Udah, pergi sana" ucap Lyora

Kini tinggal dia sendirian di meja itu. Gadis itu tidak peduli. Kini pikirannya terarah pada ayahnya yang entah dimana. Setelah sarapan tadi pagi, ia tidak melihat kehadiran ayahnya dimana-mana

"Permisi, nona. Sepertinya anda sendirian. Mau saya temani?"

Lyora menatap kesamping dengan kening berkerut. Mencoba mengenali wajah dibalik topeng itu. Beberapa saat kemudian senyum kecil terukir di wajahnya

"Ayah! Aku kirain siapa"

Ayahnya tertawa kemudian duduk di depan Lyora "Gimana penampilan ayah malam ini?"

"Ganteng. Hampir aja aku naksir sama ayah" jawab Lyora

Ayahnya langsung tertawa "Teman-teman kamu mana?"

"Sama do’i mereka"

"Kalo kamu?"

"Sama ayah, lah!"

Ayahnya kembali tertawa "Maksud ayah, kamu nggak ada pasangan gitu malam ini?"

"Nggak, males. Aku mau sama ayah aja"

"Kalo nanti dansa mau sama ayah?"

"Iya"

"Ayah nggak bisa dansa, Ra"

"Aku juga nggak bisa dansa. Cocok kan?" Tanya Lyora kemudian ia tertawa

Ayahnya ikut tertawa namun tak lama kemudian tawanya mulai pudar

"Kamu butuh orang lain selain ayah. Nggak selamanya ayah bakal temenin kamu terus"

Lyora menatap ayahnya malas "Ayah ngantuk ya? Ngomongnya mulai ngawur deh"

Ayahnya hanya tersenyum "Ayah serius. Ayah nggak bisa temenin kamu terus-"

"Ayah!"

Lyora akui dia benci ketika ayahnya berbicara seperti itu

"Ra"

"Lyora"

Gadis itu tidak menengok. Hanya menatap ke samping, enggan menatap ayahnya

"Maaf kalo ayah salah ngomong. Mau dansa sama ayah nggak?"

Lyora menatap tangan ayahnya yang terulur. Sesaat kemudian ia meraih tangan ayahnya kemudian tersenyum

"Ayo"

Keduanya menuju lantai dansa. Disana Lyora melihat sudah ada Vallerie dan Raiven yang berdansa sambil curi-curi pandang satu sama lain, Nadine dan Jayden yang berdansa terlihat saling mengacuhkan namun diam-diam menahan senyum mereka agar tidak mekar, serta Alana dan Joel yang tampak sudah klop satu sama lain

"Kan ayah udah bilang, cari pacar. Biar kamu nggak liatin orang pacaran mulu"

"Ayah nyuruh aku pacaran sama vampire gitu?"

"Ya.. kalo dia bisa jagain kamu, kenapa enggak?"

Lyoa hanya menggeleng. Sepertinya mereka harus pulang ke dunia manusia secepatnya. Ayahnya mulai suka berpikir aneh

Musik mengalun dari ritme yang pelan ke ritme yang lebih cepat. Kini suasana makin ramai karena suara ketukan sepatu di lantai dansa, juga tawa para hadirin pesta menggema di ruangan

"Sekarang?"

"Tunggu sedikit lagi.." jawab pemuda itu. Sesaat kemudian ia bertanya
"Dimana mereka?"

"Masing-masing mereka mempunyai penjaga. Satu orang bersama Chirac, satu orang bersama Gaulle, dan yang paling berharga sedang bersama Coubertin"

"Bagaimana dengan saudara tiriku?" Ardent menyeringai

"Sedang bersama ayahnya. Tidak ada yang menjaganya"

"Kamu salah, Azkara. Lihat, seorang Chirac sedang mengamati gadis itu tanpa sepengetahuannya" ujar Azelo

Azkara terkekeh "Rupanya dia sudah sembuh"

"Bagaimana dengan kalungnya?" Tanya Ardent

"Kalungnya masih ada pada gadis itu, Vallerie. Sekarang dia sedang memakainya"

Ardent tersenyum puas kemudian memandang ke sampingnya

"Kurasa kamu memang orang yang tepat. Kamu melakukan tugasmu dengan baik, Dreyfus" ucap Ardent sambil menepuk bahu pemuda di sampingnya membuat pemuda itu tersenyum

"Baiklah. Sekarang pesta yang sebenarnya akan dimulai. Masquerade Ball tahun ini, tidak akan semenyenangkan tahun yang lalu" ucap Ardent, mengambil jeda sebentar kemudian melanjutkan kalimatnya

"Perayaan panen yang ceria atau pesta darah yang suram? Tawa atau jeritan? Cahaya atau kegelapan? Hidup atau mati?"

Pemuda itu menyeringai dibalik topengnya

"Show them who we are, and..."



"...take everything"





























Thanks for reading!


-airin🐧

éternelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang