Happy reading!
Lyora duduk di bawah sebuah pohon rindang tepat di tepi field. Gadis itu menutup mata, menikmati semilir angin yang membelai lembut wajahnya membuat anak rambutnya terbang mengikuti arah angin. Mata Lyora terbuka ketika mendengar langkah kaki mendekat
“Can I sit here?”
“Sure” balas Lyora
Evrard duduk tepat di samping Lyora, keduanya hanya berjarak kurang lebih dua jengkal satu sama lain. Tidak ada pembicaraan apapun dalam beberapa menit. Entah karena enggan memulai atau keduanya lebih memilih menikmati semilir angin yang menyapa
“Latihanmu sudah selesai?” Evrard menjadi yang pertama memulai pembicaraan
“Belum. Aku masih perlu melatih mantra untuk menyerang, tapi Edgar bilang aku bisa beristirahat untuk beberapa saat”
“Kamu lelah?”
“Tentu. Aku manusia, berbeda dengan kalian yang punya energi lebih banyak”
Evrard terkekeh setelah menyadari pertanyaannya yang konyol. Tentu saja Lyora lelah. Kalau tidak gadis itu tidak akan berisirahat di bawah pohon seperti saat ini. Keduanya kembali diam. Baik Lyora dan Evrard bukan tipe yang mudah mencari topik pembicaraan seperti Xavier ataupun Eric
“Bagaimana rasanya punya tongkat?” Evrard lagi-lagi memulai pembicaraan
“Aneh. Tapi aku suka. Rasanya keren”
Evrard mengangguk paham “Apa kamu tidak takut, Lyora?”
“Takut dengan apa?”
“Perang yang akan terjadi nanti. Mungkin rebels memang hanya berniat untuk bertarung satu lawan satu. Tapi entah kenapa aku tidak yakin. Mereka tidak semurni itu. Kamu pasti tahu maksudku”
“Tapi, bukannya kaum Dreyfus tidak pernah takut dengan apapun, kecuali peraturan raja? Entah hanya perasaan aku atau memang benar, kamu terdengar goyah”
Evrard terkekeh dengan kepala yang tertunduk. “Kurasa kamu benar. Aku ragu”
“Apa yang membuatmu ragu? Kamu takut jika akan berhadapan dengan Louis nanti?”
Tepat sekali. Lyora sangat pandai dalam menebak isi pikirannya
“Itu juga salah satu alasannya”
“Salah satunya berarti ada alasan yang lain”
“Kamu pintar sekali, ya”. Evrard tertawa kecil kemudian mengambil jeda sebentar sebelum kembali berucap, pemuda itu menengadahkan kepalanya menatap dedaunan yang menari-nari mengikuti gerak angin. “Aku takut jika nanti aku harus berhadapan dengan Louis. Tapi aku lebih takut lagi dengan satu orang”
“Siapa?”
“Ayahku”
“Ayah.. kamu?”
“Ya. Ayahku. Dia bagian dari rebels sekarang. Sejak perang pertama, ia memilih berada di kubu rebels dan meninggalkan Ibu, Ruby dan aku”
“Kita berdua sama-sama ditinggalkan rupanya” gumam Lyora
“Tapi kamu mempunyai hubungan yang baik dengan ayahmu, bahkan hingga waktu terakhir kalian. Kurasa itu lebih baik”
“Tidak ada perpisahan yang baik, Evrard. Bahkan aku sekarang tidak tahu dimana ayahku. Mereka hanya bilang ayahku sudah tiada. Tapi mereka tidak memberitahuku dimana ayahku, bahkan untuk melihatnya sebentar saja tidak. Paling tidak aku ingin melihatnya untuk terakhir kali”
“Maaf, aku tidak berpikir panjang sebelum berbicara”
Lyora tersenyum tipis “Tidak apa-apa. Omong-omong saudarimu keren”
Evrard mengikuti arah pandang Lyora, di bagian lain dari field ada Ruby dan Jacelyn yang tengah berhadapan
“Ya. Ruby termasuk vampir berbakat”
“Tapi kenapa kalian menyembunyikannya selama ini?” tanya Lyora
“Lebih tepatnya kami melindunginya”
“Dari apa?”
“Ayahku. Dia selalu ingin membawa Ruby bersamanya karena kekuatan Ruby sangat spesial”
BOOM!!
Kepulan asap timbul di sekitar field membuat pembicaraan mereka terhenti. Bahkan kegiatan latihan juga terhenti seketika
“Hehe.. maaf teman-teman. Silahkan lanjutkan latihan kalian lagi”
Evrard menggeleng melihat kelakuan Ruby sedangkan Lyora di sampingnya tertawa kecil. Apalagi saat melihat Jacelyn yang mengomeli Ruby karena membuatnya terbatuk-batuk
“Sudah kubilang kendalikan kekuatanmu! Kalau begini terus kamu bisa menghancurkan Land of vampire”
“Mereka berdua selalu bertengkar. Tapi dimana ada Jacelyn, disitu selalu ada Ruby” ucap Evrard
“They are cute”
“Yes, they are. Jacelyn selalu mengomel saat Ruby mengekorinya. Tapi dia selalu mencari Ruby ke rumah jika Ruby tidak mengunjunginya terlebih dahulu” ucap Evrard sambil tertawa kecil
“Sekarang aku mengerti kenapa Ruby spesial dan kenapa ayahmu ingin membawanya. Dia luar biasa” ucap Lyora
Evrard mengangguk setuju untuk kalimat terakhir Lyora. “Sebenarnya bukan hanya Ruby, semua vampire perempuan mempunyai kekuatan yang luar biasa”
“Miss Leana dengan kemampuan healing-nya, miss Sierra sebagai perempuan terkuat di Land of Vampire yang mampu menyaingi kekuatan kaum werewolf. Dia juga memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa hingga ditugaskan oleh Roi untuk menjadi Head of Guardian. Jacelyn dengan kemampuan mengendalikan orang lain lewat pikirannya sama seperti saudaranya, Ruby, seperti yang kamu lihat tadi dan miss Floura yang katanya dapat membuat tanaman di sekitarnya hidup”
“Miss Floura bisa membuat tanaman di sekitarnya hidup?”
Evrard mengangguk “Aku belum pernah melihatnya. Tapi Carel pernah. Kata Carel itu luar biasa. Semua vampir perempuan selalu terlahir dengan kekuatan yang luar biasa. Ibumu termasuk”
“Kamu pernah bertemu ibuku?”
“Ya. Ibumu adalah healer pertama di Land of vampire. Ia sangat mahir dalam bidang medis kata ibuku. Aku ingat ibumu yang mengobatiku saat aku terluka karena Ruby”
Lyora terdiam sebentar sembari membayangkan ibunya dengan jas putih di dalam lab Miss Leana. Ah, wanita itu pasti cantik juga mempesona. Perlahan senyum terbit di wajah cantik Lyora
“Jarang ada vampire perempuan di Land of vampire. Itulah kenapa mereka sangat istimewa selain mempunyai kemampuan yang luar biasa. Namun terkadang, mereka sendiri tidak mampu mengendalikan kekuatan mereka. Itulah alasan kenapa Ruby tidak diizinkan untuk menggunakan kekuatannya” jelas Evrard
“Ruby pernah melukai orang lain?”
“Ya. Dia sering melukai dirinya sendiri ketika mencoba menggunakan kekuatannya. Aku salah satu korbannya” ucap Evrard sambil menujuk lengan kanannya. “Bekas lukanya sudah hilang. Tapi lukaku dulu sebesar ini” ucapnya sambil menarik telunjuknya dari lengan atas hingga belakang sikunya
“Jacelyn juga pernah membuatku menangis waktu kecil karena menggunakan kekuatannya”
Lyora dan Evrard serentak berbalik, mendapati Jake yang ikut duduk dibelakang keduanya
“Jacelyn membuatmu menangis?”
Jake menangguk. “Dia mengendalikan pikiranku, membuatku membayangkan kelelawar raksasa bersarang di kamarku. Aku sampai tidur di kamar ibu dan ayah berhari-hari karenanya”
Lyora tertawa sedangkan Evrard hanya terkekeh
“Jacelyn pasti punya alasan melakukan itu” ucap Edgar yang ternyata mengikuti Jake dan ikut duduk bersama tiga orang lainnya
“Well... aku menakut-nakutinya waktu itu. Kubilang jika purnama tiba, maka serangga akan bersarang di kamar perempuan”
“Itu hal paling konyol yang pernah kudengar. Pantas saja Jacelyn membalasmu” ucap Lyora
“Ya. Kamu pantas mendapatkannya. Lagipula, dia memang selalu mengucapkan hal konyol, Lyora” ucap Edgar
“Hei!” seru Jake tidak terima membuat Lyora, Evrard dan Edgar tertawa
“Ini pertama kalinya kan?”
“Ya. Rasanya asing. Tapi aku tidak akan mengelak, rasanya juga menyenangkan” ucap Edgar menjawab pertanyaan Evrard
Lyora menatap keduanya dengan alis tertaut “Apa yang kalian maksud?”
“Ini pertama kalinya aku berbicara dengan Coubertin selain dalam misi” ucap Evrard
“Ya. Saat dalam misi pun kami hanya bicara seperlunya” tambah Edgar
Lyora mengangguk paham “Bukankah sudah seharusnya kalian berbicara dengan baik satu sama lain? Kalian tinggal di tempat yang sama, juga berasal dari bangsa yang sama”
“Seharusnya seperti itu. Tapi karena ego masing-masing mungkin?” celetuk Jake
Evrard dan Edgar diam-diam mengangguk setuju
“Lagipula rebels akan datang sebentar lagi dengan maksud yang tidak baik. Daripada bertengkar, kurasa lebih baik kami bekerja sama untuk melindungi rumah kami” ucap Edgar
“Benar. Jika kita bekerja sama, rebels tidak akan bisa merebut rumah kita”
“Ya. Mereka tidak akan punya kesempatan untuk itu”
Swing!
Keempatnya terkejut ketika sebuah besi menancap di pohon tempat mereka berteduh sedangkan pelakunya hanya terkekeh sembari menunjukkan wajah tanpa dosanya. Keempatnya memandang dua gadis yang berjalan mendekat ke arah mereka
“Aku sudah memperingatinya untuk mengendalikan kekuatan miliknya. Jangan salahkan aku” ujar Jacelyn dengan wajah lelahnya
“Aku masih belajar kamu tahu, belajar itu butuh proses” sanggah Ruby
“Whatever” balas Jacelyn kemudian ikut duduk di bawah pohon
“Evrard, ajari adikmu ini. Aku sudah lelah, dia sangat lamban dan bodoh”
“Hei!” seru Ruby membuat semua orang disana tertawathanks for reading!
-airin
KAMU SEDANG MEMBACA
éternel
Fantasy[ON GOING] Nothing is etenal. Nothing, unless you have the 'key'. A key that can make you turn back time, resurrect people, even control all elements. ❗chapter 1-10 sudah direvisi, chapter 11 dst adalah chapter baru yaitu chapter lanjutan dari chape...