3. Nada & Rayya

762 79 3
                                    

Swipe kiri, swipe kiri, swipe kiri lagi, hmm sebentar..., ah swipe kiri lagi... Itulah aktivitas baru di antara rutinitas Nada belakangan ini. Ya, apalagi selain mencari peruntungan di percintaan melalui aplikasi jodoh. Tidak sedikit lelaki yang masuk ke dalam tipenya, namun yang tidak sesuai pun jumlahnya sudah tak dapat dihitung. Dari beberapa lelaki yang cukup masuk ke kategori idaman Nada, hanya segelintir yang mengirimkan pesan dan memulai percakapan. Namun setelah sekian lama berbicara, biasanya tak ada lagi kelanjutan.

"Hey, Nada. Kamu udah selesai makannya?" tanya seorang lelaki muda yang baru saja kembali dari toilet, duduk di hadapannya. Segera saja Nada menutup aplikasi itu di ponselnya dan tersenyum kepada lelaki yang mengaku bernama Chris itu. Ini adalah kali pertama dia kopi darat dengan teman chatting-nya melalui aplikasi jodoh itu, dan Nada tidak terlalu menyesal untuk mengiyakan ajakan pertemuan dengan Chris beberapa hari yang lalu.

Selain karena mereka lumayan cocok dalam berbincang, kenyataannya Chris juga tampak oke dalam penampilan. Lumayan tinggi, kulit sawo matang namun tetap terlihat terawat dan bersih, rambut yang dipangkas rapi dengan rambut-rambut halus yang tumbuh di wajahnya juga dipotong rapi, wangi, dan pemilihan pakaiannya juga tidak memalukan atau berlebihan. Badannya juga terlihat proporsional. Seenggaknya gak malu-maluin kalau dibawa ke undangan pernikahan temen atau saudara, batin Nada.

Mereka sudah selesai makan malam bersama di sebuah restoran yang lumayan bergengsi. Dan seperti apa yang dipesankan oleh teman-temannya, Nada memaksa untuk membayar makanan dan minuman masing-masing.

"Kamu masih mau ngobrol gak? Kita pindah nongkrong di tempat lain yuk," ajak Chris ketika mereka sudah selesai membayar makanan mereka. "Hmm, mau kemana Chris?" tanya Nada. Tampak pemuda itu tersenyum. "Aku tau tempat yang oke untuk kita minum sambil ngobrol, kamu mau gak?" tanyanya. Nada berpikiran bahwa mungkin Chris akan mengajaknya ke sebuah coffee shop yang buka hingga larut malam. Akhirnya kepala Nada mengangguk mengiyakan ajakan Chris. Mereka berdua lalu naik ke dalam mobil Chris dan Chris mengendarai mobilnya ke arah deretan pub, bar, klub malam, restoran, dan coffee shop. Hingga akhirnya dia memberhentikan mobilnya di sebuah pub, Nada sanksi untuk ikut turun.

"Chris, kita yakin mau ke sini?" tanyanya dengan wajah yang bingung namun waspada. Senyuman mengembang di wajah Chris. "Iya, kita bisa ngobrol santai di sini. Yuk, sebelum penuh," setelah mengatakan itu, Chris lalu keluar dari mobil. Mau tidak mau, Nada ikut turun. Tapi dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak meminum minuman beralkohol dan berencana untuk undur diri di pukul sepuluh malam. Dan dia tidak akan menghubungi Chris lagi. Selamanya. Mungkin lebih baik jika dia memblokirnya sesampainya Nada di kamar kostnya nanti.

Mereka masuk ke dalam pub yang ternyata sudah cukup ramai itu. Lampu temaram dengan suara band dan aroma rokok menyeruak menyergap indra Nada. Belum lagi suhu ruangan juga sangat dingin. Karena kondisi pub yang lumayan ramai itu, terpaksa mereka berdua duduk di bar. Segera Chris memesan sebotol bir dan Nada memesan segelas kola. Jujur saja Nada merasakan 'ilfeel' kepada Chris. Betapa cerobohnya Chris meminum minuman beralkohol padahal dia menyetir kendaraannya sendiri. "Kamu yakin minum bir? Kan kamu nyetir," Nada berusaha mengingatkan, namun Chris hanya terkekeh.

Minuman mereka datang dan Chris memulai pembicaraan. Oke, bagaimana mungkin mereka bisa bercakap santai jika suara band yang membawakan lagu-lagu cukup memekakkan telinga? Tentu saja bir Chris cepat tandas dan dia memesan minumannya kembali. Kali ini sebotol bir dan segelas whiskey. Nada bukanlah anak baru yang pertama kali datang ke tempat hiburan malam. Dia dan kawan-kawannya beberapa kali mengunjungi tempat seperti ini sepulang kerja. Biasanya setelah mereka akan datang ke tempat seperti ini di akhir minggu yang sangat stress dan berat.

Berusaha keras untuk tetap konsentrasi pada percakapan, Nada sungguh sudah merasa tidak nyaman. Apalagi ketika Chris memesan dua gelas tequilla. Oke, sudah saatnya pakai jurus andalan alias kabur. Kesadaran Chris perlahan menghilang, dan dia sudah mulai kurang ajar di bawah pengaruh alkohol. Pembicaraan mulai beralih ke arah seks, tangan Chris pun mulai memegang lutut dan lengan Nada.

Star LinkWhere stories live. Discover now