Seperti tomat busuk, begitulah rona wajah Anom kini. Berdebat dengan Hujjah hanya membuatnya naik pitam.
Hujjah sendiri malah terkikik dengan ekspresi sengak yang natural. Memang begitu tabiatnya. Ia puas jika berhasil memancing Anom yang suka bersikap sok pintar itu. Istilahnya, ia suka membodohi orang pintar dan sialnya Anom, Hujjah selalu berhasil.
"Puasa Ramadhan bulan ini cuma sembilan belas hari, Anom."
Decakan keras lagi-lagi lolos dari bibir lelaki itu. "Yang namanya puasa Ramadhan itu pasti sebulan. Entah 29 atau tiga puluh hari. Mana ada cuma sembilan belas. Terus tadi apa kata lo? Orang puasa cuma wajib salat tiga kali? Bikin ajaran sendiri lo? Yang namanya salat wajib ya, lima kali. Sesat lo lama-lama. Nggak pernah ngaji, ya?"
Semakin keras saja tawa Hujjah mengudara. "Wah ... semakin pinter ngatain orang sesat aja lo! Salut gue. Nggak otak lo yang sesat?"
Hujjah mengangsurkan ponselnya yang menampilkan fitur kalender. "Lihat! Ramadhan mulai tanggal 12 April. Sampai akhir April, berapa puasa yang bakal lo dapet? Sembilas belas, kan? Salah gue di mana? Sekarang, pikir. Dari imsak sampai buka puasa, ada berapa kali salat wajib? Tiga, bukan lima, kecuali lo puasa sampai tengah malem, sih. Pahami kalimat gue makanya."
"Hujjah, lo bener-bener minta ditelen hidup-hidup."
17 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Rhapsody
Short StoryONESHOOT (Cerpen, flashfiction, fiksi mini) Apa yang diciptakan oleh Tuhan, selalu memiliki iramanya masing-masing. Hewan, tumbuhan, benda mati, manusia, detak jantung, hingga peredaran darah dalam urat nadimu. Kesan bahagia akan selalu ada, tak ped...