"Apakah persembahan malamku, Engkau terima?"
-Penggalan syair Rabiah Al-Adawiyah-
-o0o-
Lelehan air mata tak mampu dibendungnya. Sudah sejak sepuluh menit lalu dahi itu tak kunjung diangkat dari tempat persujudan. Sambil terisak-isak, lantunan doa tak jeda melangit, pun ratap akan ahwal yang begitu membuat sakit. Di sujud rakaat terakhir salat malamnya, begitu utuh yang dicurahkan pada Sang Maha Membinasakan segala.
Baru setelah duduk takhiyat, terpampang wajah ayu nan sendu Lamtiur yang di pipinya, air sudah menganak sungai. Sesak belum jua reda, ditambah dengan kilas balik dosa yang berjejalan di dalam kepala, membuatnya semakin tampak sakit juga gila. Entah karena cinta atau Tuhan yang seakan tak berpihak padanya.
Baru semalam ia mendapati kenyataan pahit dari orang tuanya bahwa permintaan restu sang kekasih untuk menikahinya ditolak mentah-mentah. Mana bisa hubungan yang sudah dijalin diam-diam selama lebih dari lima tahun harus berakhir tragis seperti itu? Lamtiur tak rela. Ia terlanjur menjatuhkan hati pada lelaki Melayu asal Malaysia itu.
Keduanya bertemu tujuh tahun lalu saat Lamtiur mendapat kesempatan pertukaran pelajar ke Negeri Jiran. Menjalin persahabatan pada mulanya, membuat rasa itu hadir seiring berjalannya waktu. Hingga gadis Batak Mandailing itu kembali ke Indonesia, hubungan mereka tetap berlanjut sampai Rasyid rela datang untuk menyatakan cinta.
"Kenapa Bapa dan Bunda tidak merestui kami? Sudah jauh-jauh hari aku dan Rasyid merencanakan pertemuan keluarga, tapi apa? Mereka malah mengusir Rasyid seperti binatang, semalam. Apa salah kami, Ya Rabb? Kenapa tradisi begitu mengekang hamba-Mu yang berniat menyempurnakan ibadah?"
Tak pernah Lamtiur merasa selemah ini sebelumnya. Perempuan yang terkenal tak pernah menangis di hadapan kedua orang tua itu semalam bersimpuh sambil terisak di hadapan bapa dan bundanya. Segala bujuk rayu ia lontarkan agar hubungan dengan Rasyid direstui, tetapi malang tak dapat ditolak. Keluarganya memegang teguh tradisi Batak untuk menikah dengan sesama suku Batak.
Lamtiur pun teringat percakapan dengan Rasyid sebelum lelaki itu benar-benar meninggalkan rumahnya. Salam perpisahan, katanya.
"Mungkin ini petanda, Lamtiur. Sejujurnya, ibu bapa saya juga tidak bersetuju. Saya datang ke sini tanpa restu mereka. Inilah jawaban untuk doa dan harapan kita selama ini. Gembira tanpa saya. Sekiranya Tuhan cemburu, tidak ada yang dapat kita lakukan. Dia meresap, termasuk selera kita, dapat dihancurkan. Mari kembali untuk mengasihi Dia dan meminta pengampunan. Selamat tinggal, Lamtiur.'"
Sekali lagi, perempuan itu terisak dengan dada sesak. Tak mampu rasanya menjalani kenyataan seperti ini. Namun, apa boleh buat? Jika Tuhan sudah berkehendak, maka apa pun bisa terjadi.
"Maafkan aku yang telah menduakanmu dengan makhluk, Ya Rabb. Cintaku pada Rasyid membuatku buta bahwa Kau yang masih berkuasa di atas segala-galanya. Kumohon ampun, Ya Rabb. Aku percaya pada garis takdir-Mu atas kami. Murnikan cintaku hanya pada-Mu, layaknya Rabiah Al-Adawiyah yang senantiasa hanya memberi cintanya pada-Mu.''
•••
Ok, ini lebih mirip flash fiction memang. Sebenarnya, ini request seseorang, tapi aku lupa siapa.
.
As simple as my love story🤣
Nggak, canda. Hope you enjoy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Rhapsody
Short StoryONESHOOT (Cerpen, flashfiction, fiksi mini) Apa yang diciptakan oleh Tuhan, selalu memiliki iramanya masing-masing. Hewan, tumbuhan, benda mati, manusia, detak jantung, hingga peredaran darah dalam urat nadimu. Kesan bahagia akan selalu ada, tak ped...