“Kamu bohong!” raung Anuradha sembari memandangi serpihan kaca di sudut kamar.
Tak ada jawab yang diterima, hanya samar suara televisi dari arah ruang tamu.
Perlahan, dilangkahkannya kaki mendekat pada serpihan-serpihan itu. Kaki tanpa alasnya sudah jelas menginjak pecahan kecil tersebut, meninggalkan jejak darah yang kentara.
“Kamu bilang kamu nyata, tapi kenapa ternyata hanya ilusiku?” Gadis itu berjongkok dan mengambil pecahan terbesar. Dipandanginya lekat sisa akuarium kecil yang tadi sengaja ia banting. "Kamu bohong, Siwi. Bohong tidak baik. Pembohong!”
Ia memejamkan mata sejenak, lantas terlonjak saat merasakan tepukan pelan di bahunya. Mata Anuradha membola kala mendapati lelaki bermanik biru yang berdiri menjulang.
“Tidak pernah ada yang namanya kebohongan, Anuradha. Yang ada hanya jalan menuju kebenaran.”
“Siwi, kamu nyata?”
27 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Rhapsody
Short StoryONESHOOT (Cerpen, flashfiction, fiksi mini) Apa yang diciptakan oleh Tuhan, selalu memiliki iramanya masing-masing. Hewan, tumbuhan, benda mati, manusia, detak jantung, hingga peredaran darah dalam urat nadimu. Kesan bahagia akan selalu ada, tak ped...