Ingatannya meluncur pada masa itu. Di Bumi Kinanah, tepatnya di atas benteng yang dibangun oleh al-Ashraf an-Nashr Syaifudin Qaitbay, ia bertemu dengan perempuan asli Aleksandria. Mereka berbincang santai seakan sudah lama akrab. Di tengah-tengah pelancong, disuguhi pemandangan lepas Laut Mediterania, juga warna pastel Benteng Qaitbay, keduanya bercengkerama.
Awalnya Hazal sedikit kikuk, terlebih perempuan yang ia tahu bernama Uranya itu menggunakan bahasa Arab. Namun, ternyata Uranya fasih berbahasa Inggris.
“Aren’t you scared of me?” tanya Hazal kala itu. Ia bertanya demikian karena banyak orang yang mengomentari bahwa penampilannya menakutkan. Dengan kacamata berlensa tebal dan style yang sangat old-fashion, Hazal sering dianggap kelewat cupu.
“No, you’re great! Untuk apa harus takut?” Uranya menautkan kedua alisnya.
“Banyak yang mengaku bahwa aku menakutkan.”
Seketika Uranya terkekeh keras, jauh berbeda dari kesan pertama yang ditangkap Hazal bahwa perempuan itu sangat kalem.
“Kau tahu, Hazal? Karena mementingkan sebuah pengakuan tak berarti, orang-orang Yunani yang pernah berkuasa di Kerajaan Ptolemaik Helenistik, sampai rela menyatakan diri sebagai penerus Firaun. Pada akhirnya, mereka tetap ditentang oleh warga Mesir pada masanya.”
Hazal masih diam, berusaha mencerna lontaran kalimat itu.
“Iskandariyah yang kau kenal dengan Aleksandria ini, nyatanya dulu sarat akan pemimpin yang gila pengakuan. Aku yakin itu juga yang menjadi faktor kehancuran peradaban di dalamnya masa itu. Itu juga berlaku untukmu. Tidak mustahil kau akan hancur hanya karena memikirkan pengakuan yang sifatnya opini itu.”
Hazal tersenyum kecil, perempuan itu benar. Uranya membuka pikirannya waktu itu.
Di bawah temaram lampu teras rumah, mulai diayunkannya kuas dengan cermat di atas kanvas. Potret perempuan berkulit hitam manis sudah terlukis apik di sana, Hazal hanya menambahkan sedikit tulisan di sudut bawah. Uranya Qaitbay.
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Rhapsody
Short StoryONESHOOT (Cerpen, flashfiction, fiksi mini) Apa yang diciptakan oleh Tuhan, selalu memiliki iramanya masing-masing. Hewan, tumbuhan, benda mati, manusia, detak jantung, hingga peredaran darah dalam urat nadimu. Kesan bahagia akan selalu ada, tak ped...