Desember, 2004
Manjiro Sano atau lebih sering disebut Mikey duduk termenung memandang hamparan sungai yang membeku. Sudah lima belas menit sejak dia mulai melakukan kegiatan ini dan mengabaikan seorang teman yang berdiri di sebelah kanan.
"Sampai kapan kau akan termenung, Mikey?" tanya temannya yang bernama Draken. Seorang pemuda dengan tato naga di kepala.
Mikey tidak menjawab. Masih asyik memandang permukaan sungai yang terlihat seperti kaca.
Tangan kanan yang beberapa jarinya sedang diperban diangkat. Senyum mengembang di wajahnya.
"Tiga jariku yang patah tidak sakit sama sekali. Kenapa justru jantungku yang terasa sakit, ya?" tanya Mikey pada Draken sembari memandang ketiga jari yang dibungkus perban.
Mendengar pertanyaan aneh dari Mikey, Draken terkejut. Jelas saja terkejut. Selama berteman dengan Mikey, baru kali ini Mikey berbicara hal menggelikan seperti itu.
"Kau gila?" sahut Draken dengan ekspresi ngeri karena melihat Mikey terus tersenyum seperti orang tidak waras.
Senyum Mikey bukannya luntur, justru semakin lebar. Kedua manik cokelatnya berbinar.
"Sepertinya iya," jawabnya dengan senyum yang merekah.
Draken memijit kepala yang terasa pening. Tingkah absurd Mikey membuat dirinya amat pusing. Ya, walaupun Mikey selalu bertingkah absurd, tapi absurd yang kali ini berbeda dari biasanya dan Draken tidak tahu bagaimana cara meredamnya.
"Gadis cantik itu namanya siapa, ya?" gumam Mikey usai menurunkan tangan kanan yang diangkat.
Pikirannya kembali melayang ke peristiwa empat hari yang lalu. Saat dirinya yang sedang berlari tidak sengaja menyenggol seorang gadis dan berakhir dengan tiga jari tangan kanan yang patah.
Semua perlakuan itu dia dapatkan karena sandwich edisi langka milik gadis itu terjatuh.
Mikey masih mengingat jelas bagaimana gadis berambut cokelat gelap itu menendang punggung dan mengunci kedua tangannya. Lalu, tatapan tajam dari dua iris onyx yang memancarkan kemarahan.
Detail peristiwa itu terekam jelas di dalam otak Mikey dan dia selalu tersenyum ketika mengingatnya. Tersenyum seperti orang gila.
Apa lagi jika mengingat saat ketiga jarinya dipatahkan. Onyx sekelam malam milik sang gadis menatapnya amat dalam seolah menembus ke dalam dirinya. Membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan dalam seketika.
"Aku pergi dulu, Kenchin!" ujar Mikey sembari beranjak mendekati sepeda motornya.
"Mau kemana? Tidak jadi bertemu Baji dan yang lain?" Draken menyahuti.
Mikey menggeleng, "Jadi. Tentu saja jadi. Aku hanya mau pergi sebentar saja," jawab Mikey.
Draken menatap kebingungan, "Kemana?" tanyanya lagi. Tidak biasanya Mikey pergi tiba-tiba jika sudah ada janji bertemu.
Senyum Mikey terbentuk lagi, "Mencari gadis itu,"
Usai menjawab, Mikey buru-buru menyalakan sepeda motornya dan pergi supaya tidak terkena omelan Draken.
"DASAR GILA!"
Teriakan Draken menggema. Mikey tertawa kecil mendengarnya.
.
.
.
Sudah lima belas menit Mikey berjalan di sekitar toko sandwich yang menjual sandwich edisi langka waktu itu. Namun, dia belum melihat tanda-tanda keberadaan sang gadis yang dicari.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐏𝐑𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴍᴀɴᴊɪʀᴏ sᴀɴᴏ ✔
Fanfiction- ', 𝐌𝐀𝐍𝐉𝐈𝐑𝐎 '𝐌𝐈𝐊𝐄𝐘' 𝐒𝐀𝐍𝐎 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Memang susah dimengerti, tapi kau bisa merasakan hangatnya sinar mentari di tengah musim dingin. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ─────────...