April, 2005
Orang itu berdiri di depan Izumi. Pemuda berkacamata dengan raut wajah licik, Tetta Kisaki.
Tidak ada si jangkung yang waktu itu. Hanya Kisaki seorang. Pemuda itu menghadang jalan Izumi yang baru saja selesai bekerja sambilan di kedai.
"Mau apa kau, Kisaki?" tanya Izumi langsung. Tanpa basa-basi lebih dulu.
"Kisaki? Kenapa kau memanggilku dengan marga, Izumi?" Kisaki balik bertanya. Raut mukanya masih tidak menyenangkan untuk dilihat karena benar-benar terkesan licik dan keji.
Izumi mendengus, "Jangan berbasa-basi!" bentaknya cukup keras.
Kisaki tertawa. Tak cukup keras memang. Namun cukup untuk membuat Izumi makin marah.
"Sialan! Berhentilah bermain-main!"
Buru-buru Izumi melangkah pergi. Enggan berlama-lama di depan Kisaki. Tenaganya seharian ini sudah habis untuk bekerja dan dia tidak ingin memakai tenaga ekstra hanya untuk meladeni Kisaki.
"Kau suka hadiah yang kuberikan?"
Kaki Izumi berhenti melangkah. Dia menoleh ke belakang. Ke mana Kisaki berada. Mata onyx-nya menatap tajam.
"Kenapa aku tidak terkejut kalau itu ulahmu, ya?" tanggap sang gadis meremehkan. Satu sudut bibirnya tertarik membentuk seringai.
"Kau suka, kan?" Kisaki bertanya lagi. Seolah tidak melihat kemarahan yang menguar dari Izumi.
Kali ini Izumi yang tertawa. Tawa yang keras. Gadis bermata malam ini meluapkan kekesalannya dalam tawa.
"Tentu saja! Aku sangat menyukainya sampai aku ingin menghajarmu sialan!"
Buag!
Kisaki terjatuh setelah Izumi memukul hidungnya telak. Nampak meringis kesakitan sembari mencoba menghentikan darah yang mengucur.
Sebab Kisaki tak kunjung bangun, Izumi akhirnya berjongkok. Tangan kanan sang gadis bergerak mencengkeram kerah kemeja yang Kisaki pakai. Cengkeraman yang dilakukan cukup kuat sehingga Kisaki nampak kesakitan.
"Hentikan permainanmu, Kisaki! Kau tidak lupa kan bagaimana aku membutakan mata Ayah sialanmu itu?" Izumi menatap tajam saat berbicara. Menunjukkan pada Kisaki jika dia serius dengan apa yang dikatakan.
"Ayah sialan? Hahaha! Bagaimana bisa kau menyebutnya seperti itu? Kau benar-benar tidak tahu diri Izumi! Sampai kapan kau akan berpura-pura kuat menjalani hidup tanpa bantuannya?"
Izumi menghela napas kesal. Kesabarannya mulai habis.
"Persetan!" umpatnya sambil melepaskan cengkeraman pada kerah kemeja Kisaki.
"Mikey..."
Belum lama Izumi melangkah, satu nama yang disebutkan membuatnya berhenti lagi.
"Aku akan memanfaatkannya untuk meningkatkan statusku. Tidak kusangka saat aku mulai mengincarnya, aku justru mendapati fakta bahwa kau dekat dengannya. Dunia ini memang sempit." Kisaki berbicara panjang lebar. Tidak peduli meski hidungnya masih mengalirkan darah.
Pemuda berkacamata itu perlahan bangun dan melangkah mendekati Izumi yang berdiri mematung.
Kedua tangan Izumi mengepal, "Jangan macam-macam!" ujarnya. Dia lalu memutar sedikit tubuhnya dan menoleh untuk menatap Kisaki, "Kubunuh kau kalau sampai menyentuhnya!"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐏𝐑𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴍᴀɴᴊɪʀᴏ sᴀɴᴏ ✔
Fiksi Penggemar- ', 𝐌𝐀𝐍𝐉𝐈𝐑𝐎 '𝐌𝐈𝐊𝐄𝐘' 𝐒𝐀𝐍𝐎 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Memang susah dimengerti, tapi kau bisa merasakan hangatnya sinar mentari di tengah musim dingin. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ─────────...