21 - Guilty

1.2K 229 80
                                    

Februari, 2006

Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Izumi tak tahu pasti. Tidak ada petunjuk apapun di dalam ruangan tempatnya berada.

Sayup-sayup suara teriakan dan pukulan terdengar dari luar. Sejak setengah jam yang lalu dan tidak ada tanda akan berhenti.

Mungkinkah Touman datang? Apa Mikey juga datang?

Beberapa saat lalu, Izana datang lagi ke sini. Menutupi tubuhnya dengan jas putih kebesaran.

Izana juga sempat terpaku menatap tangan kanannya yang terikat dan memegang ikatan tali itu. Mungkin kasihan karena melihat pergelangan Izumi berdarah.

Pemuda berkulit tan itu tak mengucapkan sepatah kata pun setelahnya dan pergi begitu saja.

Izumi meringis. Gesekan antara tali dan kulitnya yang telah terluka terasa makin perih. Dia mencoba menarik-narik tangannya berharap agar ikatannya sedikit longgar.

Ctas!

Sepasang iris onyx-nya membulat. Perlahan dia menoleh ke arah tangan kanan tempat suara tadi berasal.

Betapa terkejutnya Izumi ketika melihat tali yang mengikat tangan kanannya telah terputus.

Tanpa banyak berpikir, Izumi langsung tahu siapa orang yang membantunya. Izana. Pemuda itu sempat memegang tangan kanannya. Izumi pikir hanya memegang biasa tapi ternyata Izana telah melakukan sesuatu pada talinya.

Gadis berambut cokelat ini bangun. Amat pelan karena tubuhnya terasa ngilu. Dengan telaten dilepaskannya tali yang mengikat tangan kiri dan kedua kaki.

Izumi lalu beranjak bangun. Satu tangan meraba dinding untuk tumpuan. Sementara tangan yang lain membawa jas putih yang diberikan Izana.

Langkah Izumi tertatih. Pangkal pahanya terasa amat perih. Sang gadis seketika menyadari jika sesuatu memang telah terjadi pada tubuhnya saat tidak sadarkan diri.

"Brengsek!" umpatnya lemah dengan kedua tangan terkepal. Marah sekaligus jijik. Perasaannya campur aduk tanpa bisa dia cegah.

Izumi terus menyeret kakinya. Kini mencoba lepas bertumpu dari dinding dan berjalan dengan kedua kaki. Meski amat pelan, setidaknya dia masih bisa berjalan.

Jas putih pemberian Izana segera dipakai begitu pintu semakin dekat. Sebab, pakaiannya benar-benar sudah tidak berbentuk lagi. Izumi mengancingkan nyaris seluruh kancing jas itu agar tubuh bagian depannya tidak terekspos.

Semakin dekat dengan pintu, semakin jelaa pula suara riuh dari luar. Sekarang terdengar sedikit lebih tenang tetapi di saat bersamaan juga terkesan mencekam.

Apa yang terjadi di luar?

Brak!

Pintu terbuka. Tidak ada seorang pun di luar ruangan. Semua anggota Tenjiku benar-benar pergi bertarung. Tanpa menyisakan seorang pun untuk menjaga ruangan tempat Izumi disekap.

"Takemitchy! Mikey-kun!"

Suara Chifuyu terdengar. Berteriak keras memanggil Takemichi dan Mikey. Bersumber dari arah barat. Di balik tumpukan kayu dan box besar.

Kaki Izumi melangkah ke sana. Pelan dan tertatih. Dengan dua tangan mengepal kuat di kedua sisi badan. Menuju tempat dari mana suara tadi berasal.

Dor!

Suara tembakan. Izumi berjengit dan mundur satu langkah. Dia merasa takut. Teringat dengan kematian Itsuki yang juga disebabkan oleh pistol.

"IZANA! KENAPA KAU MELINDUNGINYA?!"

𝐀𝐏𝐑𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴍᴀɴᴊɪʀᴏ sᴀɴᴏ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang