November, 2014
Dering alarm membangunkan Mikey dari lelap. Perlahan kelopak mata terbuka menampilkan netra cokelat yang sayu. Helai rambut berwarna cokelat gelap samar-samar tertangkap penglihatan.
Deg.
Mikey terduduk dan membuka matanya lebar-lebar. Kantuk yang masih ada seketika menghilang karena terkejut yang dialami. Namun, keterkejutan itu seketika juga hilang. Lelaki ini menghela napas lega begitu melihat jelas apa yang ada di sebelahnya.
Izumi. Perempuan itu tidur amat nyenyak. Dalam kondisi pakaian lengkap sama seperti dirinya.
Fyuh. Mikey lega. Dia pikir telah terjadi sesuatu yang tidak seharusnya, tapi ternyata tidak.
Mikey ingat, malam tadi dia bertemu Izumi di depan gedung hotel tempat Bonten melakukan pertemuan. Rupanya, Izumi juga memiliki acara di sana, namun di lantai yang berbeda. Mereka tidak tahu akan saling bertemu di tempat itu. Pertemuan itu benar-benar sebuah kebetulan.
Saat mereka bertemu, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Mikey yang awalnya ingin pergi minum bersama para petinggi Bonten memilih untuk tidak ikut. Berkata jika dia ingin mengantar Izumi pulang karena sang surai cokelat tidak membawa kendaraan pribadi.
Ya, dan akhirnya Mikey membawa Izumi ke apartemennya. Membuatkan segelas cokelat panas. Berbincang di atas tempat tidur berselimutkan selimut tebal. Lalu, Izumi jatuh tertidur dalam pelukannya tanpa perlu minum obat.
"Jam berapa?"
Mata Mikey mengerjap. Tidak sadar telah menatap Izumi terlalu lama dan dalam. Buru-buru dia menoleh ke meja tempat jamnya berada untuk melihat waktu.
"Jam enam," jawabnya atas pertanyaan Izumi sambil kembali merebahkan diri dalam posisi miring, menghadap sang surai cokelat.
Izumi tidak memberi tanggapan. Perempuan itu terlihat masih sangat lelap dalam tidurnya. Matanya pun masih tertutup rapat.
"Tidak ada kerjaan?" tanya Mikey pelan. Tangannya mengusap-usap pipi dan kepala Izumi bergantian.
Kepala Izumi menggeleng singkat. Raut wajahnya sedikit berubah, terlihat menjadi sedikit masam. Mungkin karena jemari Mikey kini menyentuh setiap inci wajah dengan amat pelan.
Mikey mengulas senyum tipis, "Tetaplah di sini sampai aku pulang malam nanti," ucapnya lirih. Perlahan mendekatkan wajah pada Izumi.
Tapi, sebuah tangan mungil menahannya. Membuat wajahnya terhenti sekian senti sebelum bibir berhasil menyentuh pipi.
Dua iris onyx akhirnya terlihat, "Tidak boleh menciumku!" Izumi berujar sambil mendorong wajah Mikey.
"Pelit!" ucap Mikey dengan nada sedih. Mulutnya mengerucut amat lucu.
Usai keluhan itu dilayangkan, Izumi terkekeh. Mata yang masih mengantuk itu nampak melengkung karena tertawa.
"Berisik!" Izumi menarik tangan dari wajah Mikey dan kembali menutup mata. Posisi tidurnya sekarang sudah berubah menjadi menyamping.
Fokus Mikey kini beralih pada tato bertuliskan namanya di sisi kiri leher Izumi. Tak adanya helaian cokelat yang menghalangi, membuatnya bisa melihat tato itu sangat jelas.
"Kau tahu, aku sangat terkejut saat Rindou bilang kau membuat tato namaku di leher," Mikey berkata lirih. Tangannya telah sampai di sisi kiri leher Izumi dan mengusap tato 'Mikey' di sana.
"Kenapa?" Izumi bertanya. Meski menutup mata tapi ternyata dia tidak tidur.
Lagi, Mikey tersenyum. Namun jauh lebih manis dari senyum sebelumnya, "Karena ternyata kau selalu mengingatku," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐏𝐑𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴍᴀɴᴊɪʀᴏ sᴀɴᴏ ✔
Fanfic- ', 𝐌𝐀𝐍𝐉𝐈𝐑𝐎 '𝐌𝐈𝐊𝐄𝐘' 𝐒𝐀𝐍𝐎 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Memang susah dimengerti, tapi kau bisa merasakan hangatnya sinar mentari di tengah musim dingin. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ─────────...