Agustus, 2005
Kebanyakan orang menganggap datang ke pemakaman di waktu sore atau malam adalah hal yang menakutkan. Namun, tidak untuk Izumi.
Gadis bersurai cokelat ini lebih suka datang ke pemakaman ketika matahari nyaris terbenam. Kesunyian yang terjadi membuatnya merasa tenang.
"Hari ini ada festival Musashi. Aku akan pergi ke sana." ucap Izumi sembari memandang dua pusara bergantian.
Hujan tiba-tiba turun. Tak begitu deras tetapi mampu membuat Izumi basah kuyup dalam waktu singkat.
Sepasang onyx Izumi meredup seiring lamanya dia menatap dua pusara di depannya. Perasaan rindu dan kehilangan bercampur menjadi satu. Menimbulkan sesak yang tak tertahan di dada.
Tak lama matahari benar-benar terbenam. Malam tiba. Keadaan menjadi gelap karena minimnya pencahayaan. Hujan pun turun semakin deras.
Sekelebat memori saat terakhir dua orang tercintanya meninggal kembali berputar di kepala Izumi bak potongan kaset film. Terputar begitu cepat tetapi Izumi masih ingat bagaimana detailnya.
Izumi mengulas senyum. Berusaha tersenyum agar tangisnya tidak pecah.
"Apa aku terlihat cantik memakai yukata?" tanyanya masih dengan menatap dua pusara di depan.
"Kau sangat cantik,"
Sang gadis tersentak. Terkejut mendengar seseorang menjawab pertanyaan tadi.
"Mikey?"
Orang itu adalah Mikey. Pemuda pirang itu mendekat lalu membawa Izumi ke bawah payung yang sama.
"Kenapa kau datang ke sini malam-malam?" tanya Mikey sambil menatap lembut ke dalam netra sekelam malam Izumi.
Izumi tersenyum lagi, "Aku lebih senang datang saat malam. Kau sendiri, apa yang kau lakukan?"
"Sama sepertimu," jawab Mikey.
Izumi ingat, Mikey pernah bercerita tentang seorang Kakak yang sepuluh tahun lebih tua. Mikey pasti datang mengunjungi kakaknya itu.
Hujan yang turun semakin deras. Petir dan kilat sesekali juga muncul di langit. Beruntung tidak ada angin kencang yang bertiup.
"Ibumu?"
Mendapat pertanyaan dari Mikey, Izumi segera mengangguk, "Ya, Ibuku," jawabnya sambil memandang pusara sebelah kanan. "Dan ini saudaraku. Saudara kembarku, Itsuki." sambungnya kemudian sambil menatap pusara di sebelah kiri.
Mikey diam. Yang dia lakukan selanjutnya adalah merangkul Izumi dan mengusap bahu sang gadis pelan.
"Boleh kah aku bercerita?" tanya Izumi tanpa menoleh pada Mikey.
"Tentu. Kau bisa cerita apa saja padaku," jawab Mikey. Pandangannya pada wajah Izumi semakin melembut.
Izumi menarik napas sejenak lalu menghembuskannya. Menenangkan diri lebih dulu sebelum bercerita pada Mikey.
"Kau ingat saat kita tak sengaja bertemu di hari natal waktu itu?" Izumi memulai ceritanya dengan sebuah pertanyaan.
"Hm, aku ingat." jawab Mikey.
Sekali lagi Izumi menghela napas. Gadis ini benar-benar terlihat tidak tenang dan... tubuhnya mulai gemetar. Mikey merasakannya karena jarak tubuh mereka saling bersentuhan.
"Malam itu, aku pergi ke gereja. Tempat Ibuku meninggal pada malam natal tahun sebelumnya,"
Mikey terkejut. Sangat. Tidak menyangka momen yang menjadikannya semakin dekat dengan Izumi terjadi pada hari yang sama dengan hari kematian sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐏𝐑𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴍᴀɴᴊɪʀᴏ sᴀɴᴏ ✔
Fanfic- ', 𝐌𝐀𝐍𝐉𝐈𝐑𝐎 '𝐌𝐈𝐊𝐄𝐘' 𝐒𝐀𝐍𝐎 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Memang susah dimengerti, tapi kau bisa merasakan hangatnya sinar mentari di tengah musim dingin. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ─────────...